Mohon tunggu...
Ayu SittaDamayanti
Ayu SittaDamayanti Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang ibu rumah tangga jebolan ilmu hukum, pecinta sastra dan parenting

Ibu rumah tangga dan dunianya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bersinergi dalam Kurikulum Merdeka

2 April 2023   07:30 Diperbarui: 2 April 2023   07:50 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembelajaran di sekolah yang tak hanya berpaku pada nilai-nilai teori dalam soal ujian sekolah. Namun harus ada pedoman dan bahan ajar kekinian  yang mendukung pembelajaran pendidikan karakter yang kuat, dan itu sekiranya poin penting yang ingin dituju dalam kurikulum merdeka belajar.

Sekedar saran, contoh dari saya selaku orang tua dalam hal menanamkan kejujuran, sekolah harus mampu membuat anak menerapkannya di lingkungan sekolah. Loh kok hanya di lingkungan sekolah? Lha iya, kan tugas sekolah memang bertanggung jawab pada kehidupan belajar mereka di ruang kelas dan lingkungan sekolah. Adapun sisanya adalah anak akan mendapat pembelajaran dari lingkungan lainnya dimana dia berada selanjutnya. Itulah perlunya menggerakkan komunitas belajar dari lingkungan keluarga, sekolah, pemerhati pendidikan, masyarakat hingga pemerintah agar mampu berkolaborasi secara nyata.

Misalnya lagi, hukuman bagi anak yang mencontek harus lebih keras, karena bibit plagiat dan koruptor bisa hadir dari kebiasaan berbohong dan menyontek ini. Hukuman yang saya rasa tepat adalah, beri tugas membaca buku tertentu dan mempresentasikan di depan kelas jadi bukan hanya sekedar hukuman fisik berdiri di depan kelas, membuat pernyataan tidak akan mengulangi perbuatan mencontek lagi, atau dimarahi di depan kelas dan mendapatkan nilai 0. Hal  tersebut menurut saya kurang visioner. Seharusnya ketika anak mencontek pada pelajaran matematika, maka ia harus mampu mempresentasikan materi tersebut keesokan harinya di depan kelas.

Agar selain menimbulkan efek jera, ia pun mau tak mau akan mempelajari materi itu dengan lebih keras lagi. Berlaku pula untuk pelajaran lainnya. Karena sejatinya merdeka belajar bukan berarti bebas tidak belajar, namum merdeka dalam menentukan metode pembelajaran dari sang guru dan jurusan lanjutan yang akan dipilih sang anak. Belajar dengan giat adalah wajib hukumnya bagi seorang pelajar, jadi memaksa mereka belajar bukan bentuk kekerasan asal dilakukan dengan cara yang baik.

Kesimpulannya komunitas belajar (guru, orang tua, pemerhati pendidikan dan pemerintah) dalam menyukseskan kurikulum merdeka perlu dioptimalkan.

Pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan berupaya yang terbaik dalam  menyosialisasikannya, guru sebagai pelaksana utama dalam pelaksanaan pendidikan yang berpedoman dengan kebijakan kurikulum merdeka perlu mendapat pemahaman dan pelatihan yang baik agar bisa menyusun strategi yang tepat  dalam melaksanakan pembelajarn bagi murid-muridnya yang beragam.

Orang tua sebagai madrasah pertama bertanggung jawab atas perkembangan perilaku sang anak dan juga mendampingi proses belajar mereka serta harus mampu menjalankan peran tak hanya sekedar menjadi orang tua namun juga sebagai guru, sahabat dan pengawas yang bijaksana bagi anak-anaknya. Orang tua dilibatkan secara aktif dalam program sekolah seperti mengoptimalkan kegiatan melalui koordinasi kelas dalam Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG) dan Komite Sekolah, partisipasi orang tua dalam event yang diselenggarakan sekolah, dan pertisipasi orang tua dalam penyediaan sarana sekolah. 

Serta perlu sinergi dari pemerhati pendidikan untuk menciptakan lingkungan belajar dan tumbuh kembang anak yang selaras dengan tujuan pembangunan generasi bangsa yang dapat bersaing dengan bangsa lain namun tetap memiliki karakter budi pekerti yang sesuai dengan budaya dan norma yang berlaku di Indonesia. Perlu juga untuk memperbanyak penyelenggaraan  acara parenting baik yang diselenggarakan pemerintah, sekolah maupun komunitas pemerhati pendidikan sebagai bekal ilmu dan sesi berbagi pengalaman serta mencari jalan keluar bagi orang tua yang kesulitan dalam proses pendampingan pembelajaran anak. 

Sinergi dari semua pihak ini harus dilakukan secara konsisten dan terus menerus sehingga slogan kurikulum merdeka "Sekolahkan Anak Indonesia", "Dorong Pembelajaran Siswa", dan "Tidak Ada Anak yang Tertinggal" dapat terealisasi dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun