Mohon tunggu...
Ayuningtyas FadhilaPutri
Ayuningtyas FadhilaPutri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNTIRTA

semoga bermanfaat!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gambaran Rulling Oligarchy pada Dinasti Politik Ratu Atut

28 November 2020   08:11 Diperbarui: 28 November 2020   08:14 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

*Oleh: Ayuningtyas Fadhila Putri Yulianti*

Kehidupan berpolitik di Tanah Jawara Banten tidak terlepas dari hal yang bernama "Dinasti Politik". Ketika kita membahas perihal kehidupan politik di Banten, maka tidak heran jika beberapa isu mengenai dinasti politik yang sangat kuat bertahan di Tanah Jawara tersebut turut diperbincangkan. Sebut saja salah satunya, yaitu Dinasti Politik Ratu Atut Chosiyah. Dinasti politik ini sangat kuat sehingga sering kali kita dapat dengan mudah melihat keberadaan kroni-kroni yang berasal dari dinasti ini pada saat pilkada berlangsung.

Awal mula keberadaan dinasti politik ini berasal dari Haji Chasan Sochib yang berkarier di bidang penyedia logistik untuk Kodam VI Siliwangi yang pada saat itu dijadikan sebagai penjaga kestabilan politik di Banten. Usaha yang dijalankannya terus meroket tinggi sehingga beliau dijuluki sebagai "Jawara" di Tanah Banten. Berkat kegigihannyalah, beliau mendapatkan banyak proyek dalam bidang konstruksi dan terus bekerja sama dengan pemerintah Jawa Barat pada waktu itu. Sampai pada akhirnya, beliau bertransformasi dan masuk ke dalam struktur politik dan ekonomi Banten yang kemudian menempatkan anak serta kerabatnya dalam politik Banten juga.

Jejak awal dinasti politik ini bermula ketika Ratu Atut Chosiyah yang merupakan putri pertama Haji Chasan Sochib mencalonkan diri sebagai wakil Gubernur Banten bersama Djoko Munandar. Kemudian, setelah Djoko Munandar tersandung kasus korupsi, maka dengan mudah Ratu Atut maju sebagai Gubernur Banten sekaligus menjadi Gubernur perempuan pertama di Indonesia. Secara perlahan, tetapi pasti, Ratu Atut mulai membentuk dinasti politik dalam kehidupan keluarganya. Semua ini dilakukan demi mempertahankan nama baik ayahandanya dan juga nama baik dirinya dalam dunia politik Provinsi Banten.

Hal ini terbukti dengan majunya anak pertama Ratut Atut, yaitu Andika Hazrumy yang kini menjabat sebagai Wakil Gubernur Banten periode 2017-2022. Tidak mau kalah dengan sang kakak, anak kedua Ratu Atut, Andiara Aprilia juga kini menjabat sebagai Anggota DPD RI.

Tidak hanya anak-anaknya saja yang terjun ke dalam dunia politik, adik kandung Ratu Atut, yaitu Ratu Tatu Chasanah juga tengah menjalani masa jabatannya sebagai Bupati Serang periode 2016-2021. Kini dirinya pun maju pada Pilkada 2020 sebagai Bupati Serang berikutnya bersama dengan Pandji Tirtayasa.

Adik tiri Ratu Atut juga terjun ke dalam dunia politik Banten, yaitu Haerul Jaman yang pernah menduduki kursi Wali Kota Serang periode 2013-2018 dan bertahan selama dua periode. Saat ini, Jaman juga sedang mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI sebagai koalisi dari Partai Golkar.

Kepercayaan diri para anggota Dinasti Atut perlu diacungi jempol. Sebab, walau sang "Ratu" telah jatuh dan terjebak di balik jeruji besi, tetapi mereka tetap percaya diri dan maju dalam berbagai macam kesempatan. Ketahanan Dinasti Atut dipercaya berasal dari segi finansial.

Tidak diragukan lagi, keluarga dari Dinasti ini sudah terkenal dengan kepemilikan mereka atas beberapa perusahaan besar. Dikutip dari Kompas.com, ada sepuluh "Gurita Bisnis" yang dimiliki oleh dinasti ini. Lima di antaranya, yaitu:

  • PT Sinar Ciomas Wahana Putra
  • PT Ginding Mas Wahana Nusa
  • PT Unifikasi Profesional Media Consultant
  • PT Ratu Hotel
  • PT Pelayaran Sinar Ciomas Pratama

Seperti apa yang telah dipaparkan di atas, keluarga Atut dengan sengaja telah membentuk suatu dinasti politik yang berdasarkan pada kekerabatan dan telah memicu munculnya oligarki. Hal ini jelas tampak pada usaha mereka dalam mempertahankan kekayaan yang nilainya sudah sangat esktrem.

Hadirnya era reformasi memicu hadirnya kembali rasa demokrasi. Namun, demokrasi saja tidak menjadi suatu tantangan yang perlu ditakutkan oleh dinasti ini karena material kekuasaannya adalah "kekayaan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun