Alysa perlahan menapaki dan menata kembali dirinya, mencoba untuk merelakan dan mengikhlaskan hal yang sudah terjadi dan bukan miliknya, sibuk melakukan hal yang digemarinya: menulis dan fotografi, menjadi pekerja lepas agar ia sibuk dan dapat mengalihkan pikiran-pikiran liarnya hingga mencoba peruntungannya kembali untuk mendaftar di berbagai perusahaan. Walaupun belum memperlihatkan hasil untuk sekarang, Alysa selalu percaya bahwa niscaya akan selalu ada jalan untuk segala kemauan dan usaha yang dilakukan dengan sepenuh hati.
Di beberapa 1/3 malam ia tetap tak dapat memungkiri pikirannya untuk memutar kembali waktu. Bukankah waktu-waktu yang terbuang dan terjadi merupakan waktu-waktu yang berharga, yang seharusnya ia gunakan dengan lebih bijaksana. Namun pada akhirnya ia sampai pada renungan bahwa waktu-waktu yang mungkin banyak terbuang tersebut, justru merupakan waktu-waktu yang paling berharga; yang memberikan nilai dan pelajaran di setiap momennya-- yang menjadikan ia pribadi seperti ia sekarang. Pribadi yang bersyukur dan mau terus belajar serta beradaptasi dalam setiap perubahan dan keadaan sulit lainnya.