Buku-buku tebal ini mungkin melelahkan untuk kau baca, tapi satu jam yang lalu aku sudah menghabiskannya di balkon kita.Â
Kau mungkin lebih suka bersikap tak mau tahu dan memilih mengabaikan. Sementara aku masih penasaran dengan sebuah pertanyaan.
Mengapa seorang pencemburu akhirnya meninggalkan pasangannya?
Setan di kepalamu pasti berteriak, dan kau akan merasa tersindir. Sebenarnya ini sangat jelas. Kau terlalu lemah untuk menghadapi semuanya.
Dulu kau bercerita tentang bulan yang ditinggalkan malam. Wajahnya pucat dan tubuhnya menggigil kedinginan. Anak-anak kelelawar yang memapasinya, menatap penuh rasa iba.Â
Begitulah saat Rosna bisa mencampakkanmu. Dia lebih memilih meninggalkan mahligai cinta kalian.Â
Sekarang kau memalingkan hatimu dari sisiku. Kau lontarkan makian yang membabi buta. Aku terkaget-kaget, apakah itu benar-benar dirimu?
"Aku cemburu, apa itu tidak boleh?" katamu dengan mata nanar.
Ya, sejak awal aku tahu kau memang pencemburu. Wajahmu terlihat aneh saat mereka menatapku, apalagi memujiku.
Berhari-hari kau tidak akan berbicara padaku, juga tak menyentuh kopi cappucino yang kubuat. Kita akan tenggelam dalam pikiran masing-masing sampai rasa cemburumu mereda.
"Aku cemburu adalah hal yang wajar karena aku mencintaimu, dan aku pasti akan masa bodoh jika tidak menyayangimu."
Kalimatmu seperti ocehan anak kecil di telingaku. Bahkan ketika minggu-minggu ini kau tidak pulang sekedar melihat anak-anakmu dan Rosna.
"Hai, My strawberry ..."
Tiba-tiba kau sudah berdiri di ambang pintu.Â
"Aku ingin minum cappucino buatanmu. Apa kau mau membuatkan?"
Aku berpikir cepat sebelum menjawab.
"Maaf, kebetulan persediaan cappucino di dapur sudah habis."
Hmm, kuharap kau tidak benar-benar memeriksanya. Dari caramu yang tidak mencium keningku seperti biasa, aku tahu kau tidak merindukanku lagi. Cintamu telah diterbangkan sang waktu.
***
Kota Kayu, 10 Januari 2023
Cerpen Ayra Amirah
Â