Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bagaimana Cara Membuat Cerpen yang Menarik?

14 Maret 2022   08:15 Diperbarui: 14 Maret 2022   08:30 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bagaimana Cara Membuat Cerpen yang Menarik?|foto: bellaskyforever.tumblr.com

Catatan dari Komentar Kompasianer Nugraha Wasistha

Menulis cerpen bagi penulis pemula, tidaklah semudah kedengarannya. Seringkali saya menemukan cerpen yang ditulis tidak memenuhi kaidah penulisan dan struktur cerita yang baik.

Saya sendiri cukup banyak mengarang cerpen, tetapi merasa belum bisa memikat hati pembaca. Tingkat kesulitan ini hanya bisa ditaklukkan dengan terus berlatih, diikuti dengan rajin membaca karya-karya para cerpenis andal.

Bila Anda tertarik menulis cerpen, ikutilah tips berikut:

  1. Banyaklah membaca buku atau artikel apa saja. Selain dapat memperkaya kosakata dan menambah wawasan, membaca juga menimbulkan pembanding di dalam diri. Kita bisa membandingkan kualitas tulisan kita dengan karya orang lain. Akan timbul kepekaan untuk menilai tingkat keindahan suatu karya sastra (cerpen)
  2. Banyak melatih diri. Mulai saja dengan beberapa paragraf dan target sederhana lainnya. Kesampingkan dulu urusan delapan ratus kata dan bobot terbaik. Semakin banyak berlatih, kemampuan bercerita dengan sendirinya akan bertambah
  3. Mengikuti kelas, webinar dan diskusi bersama orang-orang yang kompeten di bidang kepenulisan. Menyimak berbagai teori menulis dan mendengarkan pengalaman orang lain, akan memberikan nilai tambah yang sangat berguna

Manfaat menulis cerpen

Sebenarnya, hobi menulis cerpen memiliki banyak manfaat. Selain menjadi media ekspresi seperti halnya seni melukis, juga sebagai cara yang indah untuk menyampaikan "pesan" kepada orang lain.

Sedikit kilas balik, proses belajar menulis cerpen yang saya lakukan terbilang nekad. Hanya berbekal rasa cinta kepada buku-buku yang pernah saya baca sejak kecil dan tanpa didampingi seorang guru/mentor. 

Namun saya tidak bisa berhenti menulis cerpen. Salah satu manfaat yang saya rasakan selain kedua hal di atas adalah saya merasa bisa menemukan jati diri. Saya mengetahui hal apa yang paling saya minati, dan menyentuh rasa kepedulian pada kehidupan sosial. Istilahnya, finding passion.

Dulu ketika remaja, saya mengirimkan naskah cerpen ke beberapa majalah di Jakarta. Meski tidak pernah berhasil dimuat, saya tidak patah semangat. Cita-cita tersebut terus tersimpan dalam benak sampai saya bertemu media Kompasiana.

Kompasianer satu frekuensi

Salah satu alasan mengapa menulis di rumah bersama ini terasa sangat menyenangkan, karena di sini tercipta ruang persahabatan, yang bagi saya sangatlah penting. Minimal persahabatan tersebut dapat terwujud dalam kolom komentar.

Kompasianer Nugraha Wasistha adalah salah satu sahabat yang terbaik. Beliau berkenan memberikan ilmu serta saran untuk kemajuan cerpen yang saya tulis. Meski sebelumnya, ia juga menyampaikan bahwa kritik yang "sadis" akan lebih tepat bila diberikan bukan oleh sesama amatiran yang sama-sama masih belajar, tetapi oleh penulis besar.

Untuk mengetahui seberapa keren dan mumpuni penguasaan beliau tentang cerita fiksi, silahkan kunjungi salah satu karyanya yang berjudul Penyintas.

Berikut saya bagikan rangkuman bagaimana cara membuat cerpen yang menarik versi Kompasianer Nugraha Wasistha:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun