Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aiseta dan Bunga-bunga Musim Semi

24 November 2022   11:35 Diperbarui: 26 November 2022   11:49 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selina dari Pinterest

Pernikahan kedua, mungkin tak seindah yang pertama. Tapi percayalah aku berusaha mencintai Aiseta setulus hati. Bagiku, seorang istri adalah kebahagiaan.

Kami menikah di pekan kedua musim semi. Dan aku sudah mempersiapkan dua tiket untuk menikmati valey flower tour sebagai hadiah. 

Sejujurnya aku tak tahu apakah Aiseta cukup siap mempunyai suami sepertiku. Sebagian orang merasa tak tahan mempunyai pendamping yang bersifat romantis hanya dalam novel ciptaannya. Atau katakanlah tak mampu memberikan kehidupan yang mewah. 

Pernah kucoba membahas hal ini saat dia datang meminta pertanggungjawaban atas kematian Sion. Dengan mantap wanita itu mengatakan tak mencari semua itu dariku.

Beberapa malam kemudian aku kesulitan memejamkan mata. Pikiranku terus terkuras untuk mengambil keputusan seperti yang dia harapkan. Kami menikah demi putrinya, apakah ini cukup adil?

Aku mempunyai empat orang putri dari pernikahan dengan almarhum istriku. Mereka sudah besar-besar sekarang. Bahkan si sulung baru saja mempunyai seorang bayi. Apakah aku akan menikah lagi demi Sion?

Di dalam mimpi adikku itu seolah memberikan isyarat. Dia menitipkan sebuah topi musim dingin milik gadis kecil dengan rambut poni yang lucu. Ya, dia keponakanku yang malang. Apakah aku akan tega membiarkannya kehilangan figur seorang ayah?

*

"Sedang memikirkan sesuatu?"

Aku menatap ke arahnya. Berusaha memberinya rasa cinta dengan tatapan itu, meski sepertinya gagal lagi.

"Oh, tidak ada. Apakah kau mau kufoto?"

Aku meraih kamera yang sudah kusiapkan. Sedikit kurang yakin, apa aku benar-benar akan menjadi fotografer dadakan untuk menyenangkan hati istriku?

Aiseta memberikan senyumnya, lalu berjalan pelan di antara bunga-bunga berwarna putih.

"Apa kau tahu, jenis bunga apa ini?" aku sedikit berteriak kepadanya, sambil mencuri-curi gerakannya yang natural. Setidaknya dia tidak lagi berwajah murung, sejak aku bersedia menjadi ayah pengganti untuk putrinya.

"Kaldu beraroma malam."

"Apa?"

"Tuan Okonama, itu adalah nama umum untuk bunga Matthiola incana. Tuan akan lebih tidak percaya bila kukatakan mereka juga punya nama saham Brompton, saham biasa, saham tua, stok sepuluh minggu, dan bunga gily..."

Aku tersenyum. Sepertinya semua wanita mengerti tentang bunga-bunga. Itu tidak aneh.

"Bunga-bunga ini sering ada di taman manapun. Mereka mempunyai warna merah muda, ungu, kuning, krem, biru, dan putih.

Ada yang sengaja ditanam di musim semi yaitu di Belahan Bumi Utara. Sebagian lagi ditanam di musim panas yaitu di daerah sejuk. Beberapa varietas mengalami kesulitan untuk bertahan di musim dingin yang keras. Mereka akhirnya mati."

"Oh, kau tahu banyak tentang mereka."

"Aku pernah bekerja membantu para peneliti tanaman, sebelum aku menikah dengan adikmu."

Tentu saja. Aiseta adalah pasangan terbaik untuk Sion. Aku pernah beberapa kali mendengarnya memuji-muji wanita itu. Dia sangat telaten mengurus rumah tangga mereka, masakannya sangat enak, dan juga sangat manja saat mereka hanya berdua.

Sion, seandainya kau masih ada, kegelisahan ini tak akan pernah ada. Aiseta akan menjadi milikmu selamanya, dan mungkin akan melahirkan beberapa anak lagi.

Tapi aku tak boleh menyerah. Kehidupan ini sudah digariskan dan harus dijalani dengan baik. Aku hanya harus belajar menghargai dan mencintai Aiseta. Lalu semuanya akan berjalan normal.

"Silahkan minum teh ini," katanya saat kami beristirahat.

Aku dapat melihat setitik kebahagiaan dari matanya. Kira-kira apa itu? Apakah bunga-bunga musim panas telah menghangatinya? Bagaimana kalau aku memetiknya dan menyelipkan di rambutnya. Begitu kan, adegan yang biasa kubuat dalam novel?

"Boleh aku meminta sesuatu?"

Aku terhenyak, tapi bukan karena perkataannya. Karena Aiseta sudah merebahkan kepalanya di bahu kananku.

"Sepertinya ini permintaan yang sulit. Apakah aku bisa mengabulkannya?" lagi-lagi aku mengeluarkan candaan yang kaku. Sebenarya aku hanya harus bilang, tentu. Dasar bodoh!

"Aku ingin makan daging iga bakar bersama suamiku..."

Apa? Hanya itu?

Kurasa tadi kami memang melewati restoran sebelum memasuki tempat ini.

Aku ingin menjawab permintaannya. Tapi baru saja wajahnya dihadapkan di bawah daguku. Kedua matanya terpejam.

***

Kota Kayu, 24 November 2022

Cerpen Ayra Amirah untuk Kompasiana

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun