Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pustakawan yang Merasakan Teror Hantu

28 Desember 2021   05:30 Diperbarui: 28 Desember 2021   06:04 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pustakawan yang Merasakan Teror Hantu|foto: @melinawaldemarson.com

Keputusannya sudah bulat. Ia akan mengundurkan diri dengan rasa hormat. Marry tak tahan terus mendapat teror dari hantu-hantu itu. Konon mereka adalah arwah pejabat terdahulu yang mati penasaran.

Ia menempati kursi yang ditunjuk Nyonya Robert, kepala kepegawaian (HRD). Dari balik kaca matanya, Marry menemukan tatapan tajam wanita itu. 

Sebentuk bibir merah mengerucut, memainkan permen bubble gum seraya bertanya, "Sebutkan alasanmu, walau aku bisa membacanya dari berkas ini!"

Sejenak Marry memejamkan matanya. Sedikit takut dianggap mengada-ada untuk kepentingannya pribadi. Sifat jujurnya bukanlah sebuah bukti konkret.

"Aku merasa tak tenang, Nyonya. Aku mendapatkan teror dari suara-suara misterius saat aku sedang sendirian di lmruanganku..."

Jantung Marry seakan berlarian. Keringat dingin mulai keluar dari tempatnya. Apakah ia akan dipercaya?

Sebenarnya ia ingin sekali memenuhi tugasnya dalam Festival Cahaya Peoria Timur tahunan ke-37, yang diadakan 25 November 2021 hingga 2 Januari 2022 ini. Apalagi ia sangat tertarik dengan maskot Festival prajurit kayu Folepi.

Wanita berkebangsaan Inggris itu kemudian melemparkan punggungnya ke belakang empat puluh lima derajat. Terlihat sekali ia tak tertarik dengan bualan pegawai baru di hadapannya.

"Berapa pesangon yang kau butuhkan?" tanyanya sambil menatap lurus.

Marry ingin sekali menjawab, sekalipun ia agak sedikit tersinggung.

Tiba-tiba kedua matanya membulat, dan tenggorokannya terasa kering.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun