"Daaaahh, Ma..." seorang gadis kecil melambai-lambaikan tangan sampai sedan putih itu menjauh. Lalu senyum cerianya perlahan pupus, berganti rasa sepi yang siap memasung.
Aku hanya bisa menjadi penonton yang menyaksikan pemandangan yang sama setiap hari.Â
Hubungan Lisa dan ibunya begitu mesra. Mengalahkan romansa mentari pagi yang menyesap titik embun satu-satu. Atau sepoi angin bulan Desember yang mencumbu bugenvil merah.
"Kitty... Kitty....." akhirnya gadis itu mencariku.
Hup! Aku merasakan pelukan penuh rindu dari tangan.mungilnya. Dagunya ikut mendekapku, membuatku terkunci.
"Kau lapar, Kitty?" ia melepaskan pelukannya. Aku melompat cepat, lalu menikmati makanan yang dia sajikan.
"Makan yang banyak ya, Kitty, supaya kau cepat besar..."Â
Aku melirik sekilas. Senyum Lisa merekah lagi. Sepertinya ia sudah melupakan kesedihannya.Â
Biar kuceritakan sedikit. Lisa adalah putri seorang top model ibu kota. Ayah Lisa seorang warga asing yang masih harus bolak-balik ke negaranya. Di rumah, hanya suster dan aku yang menjadi sahabatnya.
"Nona Lisa, jadi kita jalan-jalan?"Â