Seorang wanita setengah baya dan berseragam, muncul dengan tas perbekalan Lisa. Kemana-mana tas itu selalu menyertai. Makanan, minuman, cokelat, pernen, dan boneka kecil kesayangan Lisa ada di dalamnya.Â
"Tentu, Bibi Em. Kitty, ayo!"
Aku meloncat dan berlari mengikuti gadis itu. Ah, sayang. Aku belum sempat minum air yang disediakan.
Begitulah. Hari-hariku bersama Lisa diisi dengan kebersamaan. Kami bermain di halaman samping yang hijau, ngemil bareng, bahkan boci bersama di kamarnya.
Sampai di suatu akhir pekan, Lisa dan ibunya sarapan bersama. Seperti biasa, gadis kecil itu memuji omlet buatan ibunya yang paling enak di seluruh dunia. Ada tambahan keju, sedikit wortel dan kacang polong. Keduanya saling suap, saling ngobrol dan tertawa.
Tanpa sadar, aku tertidur di bawah meja makan dan baru terbangun menjelang jam makan siang.
Seperti robot yang sudah menerima program, aku langsung mencari keberadaan Lisa. Rupanya gadis itu sedang bermain di teras depan rumah.
"Hai  Kitty, kau sudah bangun?" kudengar gadis itu menyambutku. "Apa kabarmu hari ini, Kitty?"
Kuperhatikan gadis kecil itu. Tangannya sibuk menata mainan di atas meja kecil.Â
Sesaat kemudian, bola kecil Lisa meluncur karena tertendeng kaki Bibi Em.
"Bolaku!" seru Lisa bangkit.