Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rumah Tua di Tengah Hutan

1 November 2021   14:58 Diperbarui: 1 November 2021   15:53 1452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang istri menggeleng, dan menuruti saja kata-kata suaminya, meski hatinya sedikit tercekam.

Tak lama kemudian, mereka melintasi sebuah rumah di tengah hutan. Gambarannya terlalu suram, mirip rumah hantu dalam film-film horor. Wajah sang istri pucat dan mulai berkeringat dingin.

Mengapa bisa ada anak kecil dan seekor anjing di tengah hutan begini?? Apakah yang dilihatnya ini, nyata? 

"Kelihatannya rumah itu ditempati orang Dayak," terang sang suami seperti memahami ketakutan istrinya.

"Mereka terbiasa tinggal di hutan dan hidup terpencil. Jadi jangan takut lagi yaa. Hantu itu cuma kisah mistis. Itu buktinya. Mereka tinggal di sini sudah setua rumah tadi..."

Sang istri tidak menanggapi. Matanya tertumbuk pada rumpun tanaman di pinggir jalan. Mirip tumbuhan kunyit, tapi memiliki buah bertundun seperti salak.

Pudding merasa istrinya memeluk pinggangnya lebih erat. Tapi sang istri enggan menceritakan bola-bola putih dengan warna hitam di bagian tengah yang dilihatnya, sangat mirip dengan kumpulan biji mata yang melotot kepadanya.

Astagfirullahal adziim... Lalu dibacanya doa dalam hati. Semoga tidak ada makhluk halus yang mengganggu janin dalam kandungannya.

Nun di depan, rimbunan hutan berganti padang ilalang yang sangat luas. Kegelapan hutan seketika hilang. 

Ternyata langit masih cukup terang. Bahkan mereka berpapasan dengan beberapa orang yang pulang dari memancing ikan. Pasti di sana ada lubang bekas galian tambang batubara yang sering disebut danau tambang oleh warga. 

Secercah harapan pun muncul. Mereka sama sekali tak terjebak sebuah perjalanan tanpa akhir. Sang istri dapat merasakan angin segar meniup lembut ke wajahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun