Mungkin kedengarannya berlebihan yaa, apalagi usia mereka belum lagi remaja.
Moral dan malu, apa hubungannya?
Saya sangat khawatir dengan deskripsi, "anak yang moralnya buruk, seperti mencoreng arang ke muka orang tua."Â
Nah, saya bisa apa? Tentu saya harus mencegahnya, bukan?
Mengapa buku evaluasi diri menjadi penting?
Sadar atau tidak, saya sendiri semasa remaja, mempunyai banyak catatan di luar urusan sekolah.
- Catatan apa yang saya inginkan
- Catatan apa yang harus saya lakukan
- Catatan apa yang berhasil saya dapatkan
Dari sinilah, saya "belajar" mencapai tujuan dan mengetahui hambatan apa yang harus diselesaikan.Â
Maklum, bisa dibilang saat itu saya bertumbuh tanpa kehadiran orang tua. Mereka ada, tetapi sibuk dengan urusan masing-masing.
Saya katakan kepada anak-anak kami, "Buku ini akan dibaca secara berkala. Lihat, apakah ada hal yang berhasil diperbaiki dari sebelumnya?"
Bahwa anak-anak masih dalam masa mencari nilai-nilai positif, saya setuju. Dan menjadi kesempatan yang sangat baik, jika sebagai ibu saya mendidik mereka sedini mungkin.
Cukup sering saya gambarkan kepada anak-anak kami, tujuan dari pembukuan, pencatatan dan pelaporan dalam sebuah badan usaha, untuk menelisik dan menemukan koreksi hal-hal yang dianggap perlu.Â