"Tulis tanggal hari ini," perintah saya seraya berusaha meredam emosi.
"Tulis apa kesalahan yang baru kakak buat!"
"Lalu tulis, seharusnya kakak tadi bersikap apa?"
Selang beberapa waktu kemudian, hati dan kepala saya mulai dingin. Di sisi lain, saya sangat tidak ingin kehilangan senyum mereka.
Untuk menghilangkan ketegangan di antara kami, sekaligus untuk membuat mereka paham, saya ajak mereka duduk bersama.
Lalu saya katakan bahwa buku evaluasi diri merupakan catatan apa saja kesalahan mereka dalam kurun tertentu untuk diperbaiki. Betapa saya mengharapkan mereka menjadi pribadi yang mengambil pelajaran.
Diibaratkan kendaraan yang kehabisan kampas rem, jika nekad dibawa ke sana-ke mari akan sangat berisiko.Â
Jika pemilik kendaraan memutuskan mengganti kampas rem, maka jalannya akan aman dan baik.
Ini pula yang sangat saya harapkan dari anak-anak kami. Bukan saja bertumbuh, tetapi juga bermoral.Â
Saya cukup sering menantang mereka dengan kalimat, "bagaimana bangsa Indonesia bisa bermoral? Generasi mudanya seperti ini?"
Saya masih ingat salah satu dari catatan mereka berbunyi, "hindari mendapat malu."Â