Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sakit dalam Bercinta

20 Juni 2021   05:15 Diperbarui: 20 Juni 2021   08:43 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pantai sore hari (foto: wisatabangkaselatan)

Senja semakin larut, aku diam tak bergeming. Hembusan angin pantai terasa dingin, seiring langit meredup.

Sudah seringkali aku begini. Mencari jawaban dari relung hati. Aku tak mau seperti camar yang terluka. Pulang ke rumah dengan mata penuh duka. 

Dan untuk melupakan gadis secantikmu, jelas aku tak bisa. Sepertinya aku tersihir oleh tatapanmu yang manja, dari sepasang mata bening bagai permata.

Hampir setahun aku berusaha menjadi pelindungmu, dari terpaan panas dan hujan. Aku bersedia melakukan apa saja untuk menyenangkan hatimu. Engkaulah gadis yang ada dalam mimpiku.

Harusnya engkau tahu, seribu cara telah kucoba untuk menjadi kekasih, bukan sekedar sahabat. Serigala pun akan cemburu, sebab setiap purnama bercahaya kita selalu duduk berdua. Saling berbagi kisah indah, ditemani dua cangkir capucino.

Sayang kecantikanmu hanyalah fatamorgana bagiku. Engkau lebih suka melihatku patah hati, yang memang rasanya sakit sekali.

Aku tak menyangka semua ini. Bagaimana bisa engkau menjadi milik orang? Ibarat kembang, setiap hari kupupuk dan kusiram. Di saat bahagia kau peluk aku, di kala sedih kau dekap aku. Lalu dimana letak salahnya?

Berapa banyak rupiah yang kuhabiskan, berapa banyak waktu yang kuluangkan, semua itu sebagai tanda kasih sayang tulus. Namun kelihatannya aku harus rela kehilanganmu. Seperti senja yang sebentar lagi terhapus oleh malam. 

Tak ada lagi sunset keemasan yang digilai para juru foto. Tak terlihat juga perahu nelayan yang turun melaut. Yang ada hanya kegelapan. Bersama kehampaan, masuk ke setiap sudut. Mencoba bersaing dengan cahaya lampu-lampu, hingga pagi menjelang.

Adalah Pak Teo, lelaki paruh baya yang menjadi pelabuhan cintamu. Dosen kita, yang mungkin seumuran dengan ayahmu. Mengapa, kau sekejam itu padaku?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun