Mohon tunggu...
Ayu Bejoo
Ayu Bejoo Mohon Tunggu... Jurnalis - Moody Writer

Moody Writer

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Nostalgia Ramadan 2006

19 April 2021   22:29 Diperbarui: 19 April 2021   23:08 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku sangat bersemangat jika membahas tentang masa kecil, seolah-olah penglihatan tentang masa lalu terpatri jelas dalam ingatan, seakan-akan kita hidup dalam dunia kebahagiaan, belum mengenal masa depan yang suram, segala tekanan dan tuntutan.

Pada tahun 2006, aku berumur 10 tahun, aku masih ingat dulu masih mengerjakan PR di buku kelas 4. Masih pergi sekolah rombongan dengan kawan-kawan berjalan kaki di jalan yang berbukit, jika pulang sekolah kami akan singgah untuk mengambil buah mangga di pelataran sepanjang jalan pulang, penuh ilalang. Pada musim air laut sedang pasang-pasangnya, kami harus berenang agar sampai ke rumah, karena air laut naik sampai ke darat, biasanya baju kami akan basah jika sampai tepat di depan rumah, sementara sepatu dan tas sekolah kami pangku di atas kepala agar bisa dipakai untuk esok lusa.

Pada tahun 2006, aku berumur 10 tahun, aku masih ingat dulu setiap petang kami selalu pergi mengaji di rumah Muksu Tonah, masa dulu awalan mengaji ialah Maqaddam bukan Iqro. Entah sejak kapan berganti metode pengajian. Dulu, jika di bulan puasa, kami akan mengaji tiga kali, pertama di waktu pagi, kedua di waktu petang hari, dan ketiga di waktu sehabis salat Tarawih, bedanya pengajian ketiga kami bukan di rumah Muksu Tonah, melainkan di surau. Pada waktu itu, tadarus di surau dibagi menjadi dua kloter, perempuan akan mengaji di jam-jam awal, sementara lelaki akan mengaji di tengah malam hingga menjelang Subuh. Berbeda dengan sekarang.

Pada tahun 2006, rumah kami masih kayu, jika waktu berbuka tiba, suara sirene dari masjid akan terdengar lebih kencang, bahkan sirene dari pulau seberang pun kedengaran. Apalagi pada jam sahur, suara anak-anak lelaki kampung kami akan terdengar lebih kencang, berkeliling sepanjang jalan, membangun warga yang masih pada tidur. Berbeda dengan sekarang, cukup dengan rekaman.

Di tahun 2006, selain kegiatan berbuka puasa yang menghidangkan bermacam makanan, aku suka waktu sahur tepat di mana Bapak pulang menjaring ikan, biasanya kami akan memakan ikan segar yang dilinse ditemani air asam. Lezat sekali.

Yang paling terkenang adalah sembahyang bersama Bapak, Bapak selalu makan sedikit ketika berbuka puasa, berbeda dengan kami yang selalu berlomba-lomba ingin memakan yang mana, Bapak sering berwudhu ketika mulut kami masih penuh dengan makanan, sehingga kami harus bergesa-gesa meninggalkan makanan yang kami makan. Aku senang berjamaah bersama Bapak, meski bacaan Alquran Bapak belepotan, tapi aku suka sembahyang bersama Bapak. Rasanya senang dan tentram, seolah-olah jika waktu dapat terulang, aku hanya ingin bersembahyang bersama Bapak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun