Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Belajar Mencintai Sepi

20 Mei 2025   17:10 Diperbarui: 20 Mei 2025   17:17 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Belajar Mencintai Sepi. Foto oleh Josh Hild | Pexels 

Akan tiba masanya kita merasa sendiri
Orang-orang yang kita cintai dulu
Menghilang satu per satu
Gerak semakin lamban
Daya ingat yang terus berkurang

Anak-anak memang sesekali berbalas
pesan WA
Tapi dalam usia tua
Tetap saja tak lupa
Cara menghapus air mata

Aku seperti melihat film bisu
Dan aku sebagai pemerannya
Dalam adegan bibirku bergerak-gerak
Tak terdengar suara
Siapa pula yang akan mendengar

Baca juga: Membaca Sepi

Memang, mau tak mau
Kita harus belajar mencintai sepi
Agar dada tetap selalu ramai
Meski sering menghadapi percakapan
yang dingin
Harapan memang tak boleh patah
Untuk tetap meniup-niup bara
Mengaliri kehangatan sampai kapan entah
Lupakan tentang mimpi yang belum tercapai
Atau yang sulit digapai
Itu untuk menjaga
Agar hidup tak mudah limbung
Dan nanti saat senja tenggelam
Tak lagi dirundung murung

***

Lebakwana, Mei 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun