Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ken Ayu

14 Februari 2023   20:27 Diperbarui: 14 Februari 2023   20:54 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Julia Volk/ Pexels

"Ada masalah keluarga yang akan dibicarakan." Itu pesan Mbak Lis lewat WA pagi tadi. 

Masalah keluarga? Huh! Aku tahu. Tentu ini masalah Awang. Aku yakin nanti aku akan 'disidang' di tengah keluarga besarku. Kenapa mereka -- tepatnya Ibu -- selalu mencampuri urusan keluargaku? Kalau saja Bapak masih hidup tentu ia akan membelaku, walaupun aku tahu suara Bapak takkan menang. 

***

Awang. Mm, apa, ya? 

Yang aku ingat, dulu keluarga Awang adalah termasuk keluarga terkaya di kampung kami. Orang tuanya pedagang beras yang cukup besar. Juga memiliki beberapa mobil angkot. Awang sendiri adalah teman sepermainanku waktu kecil. Aku menilai waktu itu Awang adalah anak yang manja. Apa karena dia anak tunggal? 

Makanya aku menolak keras ketika akan dijodohkan dengan Awang. Apa yang dilakukan lelaki yang selalu tergantung dengan orang tuanya? Tidak! 

Namun, Ibu tidak bisa dibantah (dia orang kaya, hidupmu tidak akan sengsara, kamu tinggal duduk manis di rumah, kamu bla bla bla ...!). 

Baca juga: Beri Aku Kalimantan

Aku bergeming. 

Ibu pingsan. Sakit. 

Aku tak dapat mengelak lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun