Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Saat Sekjen PBB Pulang ke Desa

2 Januari 2021   09:59 Diperbarui: 2 Januari 2021   10:09 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalimantan. Ada temanku yang suaminya mengelola yayasan pendidikan. Kebetulan mereka kekurangan guru, jadi aku bisa bantu-bantu mereka. Honornya memang tak seberapa, tapi aku kan bisa menulis. Untuk tambahan kebutuhanku nanti."

Yudi tercenung. "Kenapa nggak mengajar di sini saja?" akhirnya. 

"O, ya? Sekolah di sini ada yang membutuhkan guru?"

"Bukan. Di sini. Di rumah ini." 

Aliz menatap Yudi. 

Yudi mengangguk. "Ya, di rumah ini. Kamu mengajari Gendis."

"Apa kata orang nanti. Kita sudah lama berpisah."

"Kenapa tidak? Kita mulai dengan menulis lembaran baru. Kita... kita menikah lagi."

"Aku sudah banyak melakukan dosa. Banyak berbuat kesalahan ke Mas Yudi, Gendis...!"

"Lupakan. Siapa sih yang tidak punya dosa? Soal kesalahan, aku juga banyak salah. 

"Ingat, kemarin ini kita dalam satu perahu. Kita mendayung bersama. Ketika perahu itu karam, dua-duanya punya andil kesalahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun