Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gulliver

16 Oktober 2025   08:12 Diperbarui: 16 Oktober 2025   08:12 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para wanita raksasa dari generasi pertama, yang tingginya rata-rata 230 sentimeter dan berat sekitar 200 kg, mereka yang tetap bisa hamil, (kurang dari setengahnya yang mampu) tetap mengalami banyak masalah melahirkan bayi-bayi seberat lima belas kilogram lebih bayi-bayi generasi kedua.

Ayah Gulliver adalah pemecah rekor lainnya. Pada saat kematiannya di usia empat puluh lima tahun, dia telah menjadi keajaiban setinggi 487,58 cm dengan berat 950 kg. Dia dan teman-temannya sangat mengesankan bagi seluruh dunia, tetapi sayangnya mereka tidak berumur panjang. Menderita serangan jantung hebat di usia yang tampaknya muda, dia hidup lebih lama lebih dari setengah teman sekolahnya.

Tetapi yang benar-benar menghancurkan eksperimen itu pada akhirnya adalah bahwa hampir tidak ada dari generasi kedua yang mampu hamil. Gulliver adalah satu dari hanya tiga yang lahir. Dua lainnya telah meninggal sebelum mencapai usia dewasa. Pada usia dua puluh dua tahun, dia sudah tua, terakhir dari generasi ketiga, dan terakhir yang gagal.

Dia duduk di sana di atas bukit dengan lututnya terangkat, pria terbesar yang pernah hidup.

Gulliver si raksasa beratnya hampir 2000 kg dan tingginya 666 sentimeter. Dia mengenakan pakaian khusus yang dibuatkan oleh pemerintah, dan tinggal di hanggar pesawat yang sudah direnovasi.

Gulliver tidak punya teman lain yang bisa diajak bicara dan dia senang karenanya. Dia tidak menginginkan kehidupan yang menyedihkan ini menimpa orang lain.

Kemudian tiba-tiba nyeri dada yang knonis dan tak kunjung hilang kambuh, dan jantungnya yang seukuran semangka berdegup kencang, lalu terbata-bata mengeluarkan detak terakhirnya yang lelah. Dia hanya menurunkan lututnya dan jatuh ke belakang. Dan saat kehangatan menyebar membasahi dirinya, dia menghantam tanah dengan keras ke padang rumput dan menatap bintang-bintang, akhir yang bahagia.

Jawa Barat, 16 Oktober 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun