Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pekan Raya Masa Depan

6 Oktober 2025   20:20 Diperbarui: 6 Oktober 2025   20:17 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Papan nama itu muncul lebih dulu, melayang tinggi di langit, memancarkan cahaya neon hijau, dan kami mempercayainya karena kami tidak memiliki teknologi seperti itu.

Lokasi Pekan Raya Masa Depan yang Pertama.

Para pekerja bangunan misterius menghabiskan beberapa minggu musim kemarau untuk mengukir tanah lapang melingkar di dalam hutan lebat di tepi ibu kota. Kami diizinkan untuk mengamati, tentu saja dari kejauhan.

Saat hari pembukaan tiba, kami berdiri dalam barisan yang tidak bergerak bersama ribuan orang asing, dengan tiket biaya masuk yang murah digenggam erat di tangan kami.

Aku penasaran mengapa orang-orang dari masa depan membutuhkan uang tunai, tetapi ayahku berkata, "Bisnis adalah bisnis, tidak peduli dari mana kamu berasal."

Aku dan Ibu menertawakan kata-kata ayahku.

Akhirnya, kesejukan pagi hari memudar dan matahari muncul di puncak pohon kelapa sawit yang jauh. Ayahku menggeser berat badannya maju mundur beberapa kali dan aku menunggu ledakan amarahnya. Dia menepuk telapak tangannya dengan punggung tangannya. "Kalau saja kita kaya, kita bisa membelikannya Implan koklea---"

Melalui kacamataku, aku melihat ibu menatap ayah. Ayah melirikku seolah-olah dia baru saja mengungkapkan rahasia yang seharusnya aku tidak tahu.

Aku tahu apa itu implan koklea. Alat bantu dengar untuk orang kaya. Dan aku tahu mengapa aku memakai kacamata. Alat bantu dengar untuk orang miskin.

Cahaya yang menyilaukan menghentikan ketegangan kami. Suara bising membuat orang-orang di sekitarku menutup telinga mereka dengan tangan. Aku berkedip, dan kubah tembus pandang muncul sekaligus di tempat terbuka itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun