Dokter yang tampak khawatir membayangi mereka. "Ya, saya tidak tahu anak itu tuli. Berapa banyak anak yang tuli?"
Aku membaca dan mendengar kata-kata itu pada saat yang sama dan aku sangat gembira. Suatu hari nanti, ketika kata-kata yang diucapkan masuk akal, aku tidak akan membutuhkan kacamataku lagi.
"Orang-orang ini dari masa lalu, Dokter. Banyak dari mereka yang tuli atau buta atau menderita suatu penyakit."
"Anda bisa memperbaikinya, kan? Membuatnya tuli lagi?" tanya dokter.
Aku menatapnya dengan ngeri. Aku dan ibu serentak berseru, "Tidak."
Pria itu mendekat, matanya menyipit karena mengamati. Meskipun berada dalam pelukan ibuku, tatapannya mebuatku membeku ketakutan.
"Tidak ada teknologi yang bisa meninggalkan tempat pameran."
"Jauhi anakku," kata ibuku.
"Nyonya." Dia menegakkan tubuh. "Barang-barang yang dipamerkan di sini boleh dilihat, tapi jangan disentuh. Itulah peraturannya." Dia menggeram sedikit setelah selesai berbicara.
Aku tidak suka mendengar suaranya. Aku membenamkan diri lebih erat ke dalam ke pelukan ibuku.
"Dia tidak memiliki teknologi apa pun," kata ayahku dari dekat. Dia menyingkirkan seorang penonton dan aku merasa lebih aman sekarang setelah dia tiba.