Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Erosi

5 Oktober 2025   09:09 Diperbarui: 5 Oktober 2025   08:15 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku memperhatikan Ayah memeriksa batu berlubang itu, lalu meletakkannya di tanganku. Batu itu halus dan padat, dengan lubang tak lebih besar dari manik-manik.

"Hanya yang baik-baik yang bisa muncul dari sini," katanya padaku, sambil mengangkatnya dan mengintip ke dalam bagian tengahnya yang terkikis. Mengedipkan mata padaku.

Kenangan sebelum Ayah menghilang selamanya dari pantai.

Ibu menahan kesedihanku dalam timbunan pasir dan aku mengangkat batu itu, putus asa memicingkan mata ke arahnya dengan mata berkaca-kaca dan udara asin garam.

"Dia telah pergi."

Kata-kata itu menghantamku saat aku melemparkan benda malang itu ke laut, segera tenggelam.

Tak berguna dan berlubang.

Jawa Barat, 5 Oktober 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun