Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Alien: 11. Benda Aneh

2 Oktober 2025   08:25 Diperbarui: 2 Oktober 2025   08:25 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

"Kamu tampak cantik," katanya lembut, suaranya menunjukkan sedikit kekecewaan. "Aku ingin sekali bisa mengambil gambar, tetapi aku tidak membawa ponselku. Tidak berguna karena tidak ada sinyal di sini."

Dia melirik ke sekeliling area itu, senyumnya sedikit memudar ketika dia mencari tanda-tanda kemungkinan adanya bahaya.

Gita tersipu. "Ayo bergabung denganku. Air si sini sangat menyegarkan!" dia mengajaknya.

Keduanya bermain air sebentar, lalu Gita tiba-tiba berhenti.

"Apa ini?" tanya Gita sambil membungkuk ke dalam air dan memungut sebuah silinder perak.

Ratri dan Gilang melihat benda perak mengkilat itu dan berjalan ke arah Gita dan Sakti. Mengambil silinder itu dari Gita, Gilang mengarahkannya ke cahaya, dan tiba-tiba silinder itu mengeluarkan suara dengungan dan berubah warna menjadi ungu tua.

"Wah! Apa ini!" teriak Gilang, sambil menyodorkan benda itu ke tangan Sakti.

Sakti berjalan secepat yang dia bisa ke tepi air dan menaruhnya di pasir di luar kolam batu. Benda itu kini berubah warna menjadi ungu dan perak, dan suaranya menjadi mengganggu. Ketika Mando hendak mengambilnya, dari sudut matanya, dia melihat cahaya yang sama yang mereka lihat sebelumnya datang ke arah mereka. Mando meraih tabung itu, berpikir untuk melemparkannya kembali ke dalam air, tetapi Pandu mengulurkan tangannya.

"Berikan padaku, aku akan mencari tahu," katanya. Mando ragu-ragu selama beberapa detik tetapi memberikannya kepada Pandu.

"Kita berangkat sekarang!" kata Mando, nada suaranya tidak membuat siapa pun bertanya kepadanya.

Masih basah, mereka mengejarnya kembali ke jalan setapak kecil yang akan membawa mereka pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun