Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengikuti Bayi

30 September 2025   20:17 Diperbarui: 30 September 2025   20:17 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Kami masih mengikuti bayi ini dan dia tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Kaamu mungkin berpikir bayi akan mudah lelah, tetapi tidak dengan bayi ini. Dia terus merangkak.

Kami juga sudah lama berada di sini ... paling tidak berjam-jam, mungkin berhari-hari, mungkin berminggu-minggu. Siapa yang tahu pasti?

Siapa pun bisa lupa waktu di gurun ini.

Bayi ini terus merangkak tertatih-tatih menuruni lembah. Hanya Tuhan yang tahu berapa kilometer yang telah kami lalui. Pegunungan di kedua sisi lembah tampak sama, cokelat dan tak bernyawa, tidak peduli seberapa jauh kami melangkah.

Syukurlah ada awan di langit yang menghalangi terik matahari. Jika tidak, cuaca akan sangat panas. Aku bahkan seperti mendengar guntur beberapa saat yang lalu, di atas pegunungan di timur. Eh, itu timur, bukan? Aku rasa begitu. Dan awan di sebelah sana. Mungkin selatan?

Awan tebal memang tampak mengancam, tetapi aku tahu hujan tidak akan mencapai kami, tidak di gurun yang paling gersang di muka bumi ini. Dasar lembah hanyalah hamparan garam yang luas, putih dan tandus. Tidak ada tanaman yang tumbuh sama sekali. Sama sekali tidak ada kehidupan, kecuali kami, dan kami berada di sini hanya karena kami mengikuti bayi ini.

Dia menonjol di antara pemandangan, mengenakan baju hangat merah kecilnya dengan motif bunga matahari kuning. Dia mengenakan topi putih kecilnya. Matanya berada di bawah bayangan pinggiran topi. Pipinya yang kecil dan tembem---aku tahu kata bakunya 'trmbam', tapi aku lebih suka 'tembem'---kemerahan. Mungkin karena matahari atau karena dia sudah merangkak sejauh ini, entah yang mana. Tidak masalah, karena tidak menghentikannya.

Sesekali bayi ini berhenti, lalu duduk. Kami semua berbondong-bondong mendekatinya, bertanya-tanya apakah mungkin dia sudah selesai? Apakah mungkin ia telah mencapai tujuannya?

Dia melihat sekeliling, duduk di sana dengan kaki yang kecil dan gemuk menjulur di depannya. Dia bahkan mungkin mencondongkan tubuh ke depan dan menyentuh tanah dengan ujung jarinya, menggores pasir dengan lembut. Kemudian, setelah satu atau dua menit, dia mulai merangkak lagi, sesekali melirik ke bahunya untuk melihat apakah kami masih di belakangnya. Bukan berarti dia tampak benar-benar peduli, lebih karena rasa ingin tahu belaka.

Dia memberi kesan bahwa dia akan terus berjalan, apakah kami mengikutinya atau tidak. Tapi tentu saja kami mengikutinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun