Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak-Anak Bulan

24 September 2025   06:34 Diperbarui: 24 September 2025   06:34 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Aku tetap memegangi lubang itu dengan tanganku.

Pelindung wajah kami saling bertabrakan. Seharusnya tidak bisa pecah atau retak. Dari situlah seharusnya seluruh pakaian kita dibuat.

Aku meneriakkan namanya, aku rasa, dan kemudian aku menarik tangannya ke atas, bisa untuk membuat lebih banyak tambalan, tetapi tangannya telah dipicu oleh depresurisasi atau apa pun sebutannya.

Telapak tangannya berpasir karena debu bulan.

Apa yang dia sebut selama berminggu-minggu sebagai regolit*.

Persetan dengan regolit.

Surya kejang untuk pertama kalinya saat itu, maka aku melakukan apa yang dilakukan saudara mana pun dalam situasi seperti ini. Aku memegangi lubang di dadanya dengan telapak tanganku tanganku, dan kemudian dengan lututku, dan ketika dia sekarat, terhuyung-huyung dan tersentak-sentak seperti ayan, aku kembali ke masa kanak-kanak kami untuk mengambil bantal duduk yang biasa dia gunakan untuk membaca buku komik sepulang sekolah.

Bantal itu cukup besar sehingga seharusnya cukup untuk menutupi lubangnya, dan kemudian aku mengambil beberapa buku komiknya juga, menjejalkannya juga, dengan kedua tangan. Siapa yang peduli kalau aku membuatnya lecek?

Dan ketika seluruh tubuhnya bergetar lagi, aku kembali lebih jauh lagi ke masa lalu, ke tempat piano yang biasa dimainkan ibuku sebelum makan malam pada Jumat sore, dan aku mendorongnya ke dalam, lalu mulai menarik apa pun yang aku bisa gapai: figurin Luffy One Piece yang pernah kami perebutkan saat ulang tahunnya yang kedelapan, bola yang selalu kami tandatangani setiap musim liburan, tumbler kotor yang ayah kami simpan untuk kopi pahitnya  untuk bekerja, tempat kaset kuno yang kutinggalkan untuknya ketika aku kuliah, jaket yang dia pasang saku tambahan tempat menyembunyikan biskuit untuk dimakan saat darurat, satu-satunya kabel daya yang kami gunakan untuk mengisi daya kedua laptop kami, dan, yang terakhir, satu-satunya barang yang dapat kutemukan, kalung kusam milik kucing kami Jimbei, yang diberikan Surya kepadaku ketika aku pindah keluar kota, yang akhirnya mengakui bahwa kalung itu tidak hilang.

Ukurannya pas, rata dan segalanya.

Tangan kanan Surya melingkari pergelangan tanganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun