Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Misteri Alien: 2. Belajar Bersama

22 September 2025   10:10 Diperbarui: 22 September 2025   08:05 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Satu demi satu, teman-teman mereka tiba. Pertama, Pandu, anak laki-laki jangkung dan kurus dengan mata cokelat yang waspada dan rambut hitam. Diikuti oleh Faris, si rambut merah pendek dan gemuk yang merupakan satu-satunya orang dalam kelompok itu yang memakai kacamata. Yang terakhir tiba adalah Gilang, saudara laki-laki Gita, seorang anak berusia 11 tahun dengan tinggi rata-rata dengan rambut pirang dan mata biru yang nakal, selalu menunjukkan ekspresi yang ceria.

Mereka memulai belajar bersama dengan makanan lezat dari ibu Sakti. Mereka mengenang petualangan mereka sebelumnya, mengungkap Pplisi Desa Sambo sebagai penipu, pemeras, dan penculik. Ratri mengingatkan kekacauan lucu yang disebabkan oleh anjing Sakti di pasar, yang menyebabkan perubahan penampilan Faris yang tak terlupakan berkat bantuan istri pendeta, sementara Pandu menceritakan momen mengerikan ketika mereka dikurung, yang diselamatkan hanya oleh keberanian Ratri.

Percakapan dengan cepat beralih ke liburan di Sulawesi Tengah, dengan setiap anak berbagi harapan mereka. Pandu ingin menjadi lebih suka berpetualang, Ratri ingin menjadi bugar dan sehat, Gita ingin menunggang kerbau, dan Sakti ingin mengendarai traktor. Sementara itu, Gilang dan Faris berencana untuk menangkap ikan terbesar atau bahkan monster di danau.

Sakti mengingatkan kelompok yang menyebut diri mereka Penjelajah Bintang.

"Semua rencana dan harapan kita ini hanya akan terjadi kalau kita berhasil dalam ujian. Ayahku akan menepati janjinya, dan kalau kita tidak berhasil, dihukum hanyalah kekhawatiranku yang paling kecil."

Jam berikutnya, keenam anak itu belajar seolah-olah sedang menjalankan misi hidup dan mati, disatukan oleh janji petualangan.

Belajar menjadi persiapan untuk menghadapi rintangan yang harus diatasi dalam perjalanan mereka menuju petualangan hebat berikutnya.

BERSAMBUNG

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun