Seharusnya itu hanyalah liburan biasa. Begitulah awalnya.
Seperti kebanyakan orang yang baru pertama kali menggunakannya, aku mempunyai beberapa kekhawatiran. Aku telah mendengar semua cerita mimpi buruk. Orang-orang tersambung ke simulasi dan tidak pernah keluar. Setidaknya sampai tabungan mereka habis dan mereka ditarik secara paksa.
Maka, untuk simulasi pertamaku, aku membuat semuanya tetap sederhana. Aku kembali ke sana setelah lulus kuliah dan kali ini mengambil pekerjaan di Surabaya atas tawaran perusahaan lokal. Tampaknya ini merupakan perubahan yang aman, perubahan yang tidak akan mengubah hidupku dengan cara apa pun yang tidak dapat kutanggung.
Sungguh aku salah besar.
Pertama kali aku bertemu denganmu adalah saat ulang tahun kita yang kesembilan. Kamu adalah orang asing bagiku, namun bagimu belum. Aku ingat ciuman pertama kita di luar apartemenmu, dan bagaimana kita tertawa saat kamu tersandung saat mencoba berjalan mundur menaiki tangga. Aku ingat tersesat dalam perjalanan menuju konser di Gelora Bung Tomo, dan bagaimana kamu tersenyum dan menyuruhku menurunkan jendela agar kita bisa mendengarkan musik bergema di puncak batu pasir. Aku ingat kunjungan pertama kita ke orangtuamu, dan bagaimana kamu mengukir nama kita di pohon kinati tua di halaman belakang rumah mereka. Aku ingat bagaimana kamu tertawa ketika aku menunjukkan nama-nama pacar masa kecilmu yang dicoret dan menghiasi sisi lain pohon.
Aku keluar dari simulasi satu setengah hari lebih awal dari yang direncanakan. Teknisi Dunia Kuantum menyarankanku untuk mencoba skenario lain. Dengan hati yang sakit, aku kembali masuk, kali ini dengan uang kembalian yang lebih sedikit.
Di tahun pertama kuliahku, aku memilih untuk mengambil bersepeda motor solo melintasi pantura yang selalu kuimpikan dan tidak pernah kucoba.
Laluaku bertemu kamu pada hari kedua perjalanan itu, bepergian dengan adikmu dalam rombongan turing motor kuno. Aku menarik diriku keluar dari simulasi saat aku melihat wajahmu.
Untuk skenario ketigaku, perubahan hidup bersifat detail. Pada hari pertamaku di SMA, aku menutup gerbang halaman belakang sebelum naik bus, mencegah kucingku Drakula menghilang. Saat aku melompat ke masa sekarang, kamu dan aku bersama lagi. Kali ini, kita bertemu di taman saat aku mengunjungi orang tuaku pada musim hujan tahun 2027. Aku sedang membawa Drak yang sedang sakit dalam perjalanan terakhirnya, kamu sedang makan siang di sela-sela seminar konferensi Ikatan Dokter Indonesia.
Aku mencoba begitu banyak skenario alternatif sehingga akhirnya tidak bisa menghitung lagi. Tidak peduli perubahannya, sekecil apa pun, kamu selalu ada di sana, dan aku ada di sana, dan kita berakhir bersama.