Apa yang bisa kamu lakukan dalam waktu 5 detik?
Satu seribu, dua seribu, tiga seribu, empat seribu, lima seribu.
Realistis saja. Seberapa banyak yang dapat kamu lakukan dalam lima detik?Â
Tarik napas dalam-dalam beberapa kali. Berjalanlah sekitar empat meter, kalau kamu seorang pria setinggiku. Gali kenangan dari ingatan yang paling dalam. Temukan minuman kaleng bersoda terakhir di kulkas.
Pagi itu kami bertengkar dan aku tidak mampu meluangkan waktu lima detik untuk mengakui bahwa aku yang salah, meminta maaf, dan mengatakan 'Aku cinta kamu'. Aku berjalan sejauh empat meter melintasi dapur dan keluar dari pintu garasi seolah-olah pekerjaanku di sebuah Lembaga Non Profit, Yayasan Selamatkan Masa Depan, lebih penting.
Selama enam bulan berikutnya, aku berjuang melawan rasa sakit di dada saat wajah Nirmala yang tersenyum muncul di benakku. Aku mencoba lari dari ingatan tersebut, menghapus semuanya dengan makanan sampah dan minuman kaleng atau botol. Minuman dalam cangkir atau gelas. Aku hanya berhasil menambah berat badan sehingga hanya bisa berjalan tiga meter dalam lima detik.
Suatu pagi, otakku yang berkabut berembun menyimpulkan bahwa penambahan berat badan adalah manifestasi fisik dari rasa bersalah orang yang selamat. Seandainya aku berjalan hanya tiga meter pagi itu, setidaknya aku akan mati bersamanya ketika saluran gas kompor bocor dan dapur meledak. Baru pada saat itulah aku menyadari bahwa bukan rasa bersalah orang yang selamat yang membuat aku gemuk. Aku punya simtom yang lebih purba. Orang bodoh yang menyakiti orang yang dicintainya.
Aku mengendarai mobilku dari Jembatan Semanggi. Lima detik menuju posisi terbawah dengan kecepatan yang bisa kudapatkan. Aku cukup mahir dalam matematika, dan aku sudah menghitungnya sambil mengisi tangki bahan bakar.
Lima seribu, enam seribu, tujuh seribu…
***