Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kutukan

1 September 2025   06:06 Diperbarui: 31 Agustus 2025   23:09 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Dia menurunkan gigi persnelling sambil menggeram, dan transmisinya berteriak memprotes. Putarannya sangat tinggi. Sopir truk itu dengan enggan melepaskan kakinya dari gas dan berhenti di lampu lalu lintas, sambil merutuk. Di mana bajingan kecil itu berada?

Lampu berubah menjadi hijau dan dia berjalan melintasi lalu lintas padat di pusat kota.

Kendaraan roda delapan belas di Cikarang bukanlah hal yang mencolok. Sebenarnya dia tidak bersembunyi, tapi dia ingin menemukan pria itu dan menyelesaikannya sebelum dijemput oleh polisi. Taruhan terbaiknya adalah tetap tenang, mengikuti aturan, dan tidak menonjol di tengah keramaian.

Jantungnya berdebar kencang dan keringat membasahi wajahnya. Dia menyekanya dengan saputangan bermotif bunga yang tampak jauh lebih ceria daripada yang dia rasakan.

Tenang!

Dia harus bisa mengendalikan diri. Lelaki itu tinggal di sini. Dia harus tetap membuka mata dan tetap tenang. Emosinya hampir meledak.

Lagi-lagi lampu merah. 

Pembelanja Lebaran bergegas kembali bekerja setelah istirahat makan siang. Dia sangat ingin keluar dan bergabung dengan mereka, mungkin membeli sesuatu untuk istri dan anaknya. Mungkin makan ayam goreng di restoran di sudut jalan. Mungkin melakukan apa yang sudah dari tadi ingin dia lakukan: ke toilet dan kencing.

Tidak akan terjadi. Tidak hari ini. Mungkin tidak akan pernah lagi.

Dia menyeka wajahnya dan kemudian tangannya dengan kain basah. Dia sudah menggunakannya begitu lama hingga terlihat seperti gombal busuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun