Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sing Beling Sing Nganten

5 Agustus 2025   00:00 Diperbarui: 4 Agustus 2025   22:52 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Syauki dan Dewi sering membahas tragedi, bukan untuk tujuan sentimental atau terapeutik seperti kebanyakan orang, melainkan untuk menyelidiki dan menggali sesuatu. Layaknya arkeolog. Melakukan psikoanalisis satu sama lain. Topik favorit yang tak pernah membuat mereka bosan adalah ketertarikan Syauki pada perempuan Bali. Hatinya bergetar setiap kali melihat seorang gadis Kuta hamil atau menggendong bayi, atau keduanya, tetapi agar hasratnya matang, setidaknya harus ada implikasi seorang bayi yang terhubung dengan gadis itu. Ada banyak gadis seperti itu di tempat tinggal mereka. Yang harus dia lakukan hanyalah berdiri di balkon apartemen mereka dan menyalakan rokok. Saat rokoknya habis, gadis seperti itu sudah terlihat berjalan di trotoar sambil mendorong kereta atau menggendong bayi dalam pelukannya yang masih muda dan bulat. Dia bilang padanya bahwa dia bisa mencintai salah satu dari gadis-gadis itu. Dewi merasakan sedih, sedikit, setiap kali Syauki membicarakan mereka. Suatu hari, dalam sebuah percakapan, terungkap bahwa obsesinya bukan pada perempuan Bali, melainkan pada perempuan---dengan bayi, perempuan hamil, dan terutama ibu-ibu remaja yang murung. Hanya saja, di lingkungan mereka, perempuan-perempuan seperti itu kebetulan dari Bali. Dia menyukai leher dan bahu mereka yang kuat, kulit mereka sewarna matoa. Ada suasana hati tertentu tentang dirinya ketika dia mengatakan hal-hal ini yang membuat dia berpikir bahwa Syauki mengenal mereka lebih dalam daripada kulit, seolah-olah dia sedang menggambarkan sebuah lukisan. Dewi sering bertanya-tanya bagaimana rasanya hamil dan ditinggalkan, apakah Syauki akan menatapnya juga, dengan cara itu, dan apakah dia akan merasakan sakitnya, hatinya perih dengan ledakan belas kasih dan nafsu yang bergantian. Namun, dia tidak pernah menyebutkan pikiran-pikiran seperti itu. Sebaliknya, dia duduk bersamanya di balkon lebih sering daripada yang diperlukan dan mengisap rokok filter sambil menunggu gadis yang memenuhi mimpi Syauki muncul.

Jawa Barat, 4 Agustus 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun