"Ibu." Vinanty berhenti membaca. "Apa yang Amma lakukan?"
"Kenangan," jawab Aishwarya. "Aku harus menuliskannya, harus memastikan tidak ada yang berubah. Kamu membaca kenangan kuning, dan aku menulis biru. Sudah hampir ke ungu, dan ungu itu bagus. Aman."
"Ibu tidak perlu melakukan itu lagi, itu sudah selesai." Vinanty menutup jurnal kuning. "Ibu tidak pernah membicarakan waktumu dalam tempat teduh. Aku pikir kenangan itu terhapus dalam kudeta titik nol."
Aishwarya menulis kata-kata Vinanty ke dalam buku catatan biru. Dia tidak menulis setiap percakapan. Tidak ada waktu dan terlalu banyak menulis membuat pergelangan tangannya sakit. Tetapi ini tampaknya penting.
Vinanty mengerutkan kening melihat buku catatan kuning.
"Ada begitu banyak detail di sini."
"Waktu aku sampai di kuning, tidak ada yang terasa nyata."
Aishwarya menatap orang setengah baya yang dia ingat saat masih kecil. Putrinya. Dia sekarang gemuk, dengan wajah keriput dan rambut pendek yang dicat hitam.
Bagaimana kalau ini bukan Vinanty yang sebenarnya?
Dia bisa mengujinya, mencoba mengakalinya.
"Bagaimana Lakshmana meninggal?" tanya Aishwarya.