Mengapa dia meneleponku saat sedang berbulan madu--bulan madu yang ketiga--adalah sebuah misteri yang harus kupecahkan. Aku melirikmu, yang mengangkat bahu, berdiri, dan melangkah ke dapur. Kamu mengoceh dari depan lemari dapur saat aku menjawab telepon.
"Ibu bercanda?"
Ibuku tertawa. "Halo untukmu juga."
"Mengapa ibu meneleponku sekarang?"
"Oh, Ibu tidak tahu. Ibu merindukanmu. Bagaimana kabarmu. Ibu ingin tahu apakah kamu dan dia  menikmati malam Minggu yang menyenangkan."
Aku menatap ke arah dapur. "Dia sudah memberitahu Ibu. Mulut ember."
Desahan ibuku bergema dari Jeju.Â
"Sudah biasa seorang pria meminta izin kepada orang tuanya."
Aroma teh Darjeeling menguar dari dapur.Â
Aku menyelinap ke ruang kerja dan menutup pintu. "Dia tidak bertanya pada Ayah?"
"Kamu tahu ayahmu. Menurut Samsul, tidak ada orang yang cukup baik untuk tikus kecilnya." Untungnya, nada jengkelnya ditujukan pada ayahku, bukan aku.