Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nian

2 Februari 2023   20:10 Diperbarui: 7 Februari 2023   23:10 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.wallpaperbetter.com/id/hd-wallpaper-wtzgo

Sebagian besar lahir pada tahun Babi, dan seperti Babi, mereka menginjak-injak, mendorong, atau bahkan melupakan Tikus yang berbagi ruang kelas bersama-sama. Sikap pendiam Santo dan sifat cengengnya tidak membantu sama sekali.

"Ingat, kamu adalah Tikus kecil," kata ibunya, pada salah satu malam langka di mana ada waktu antara bekerja dan tidur. "Tikus itu kecil, tapi pintar! Kamu ingat kisah Awal mula Shio? Ada Kuda yang cepat, Harimau yang kuat, dan Naga terbang. Tapi Tikus tetap memenangkan perlombaan manjadi makhluk astral, karena dia pintar!"

Santo mengangguk tetapi menahan lidahnya. Dia ingat juga bahwa Tikus menang karena telah menipu teman-temannya, mendorong kucing ke dalam air saat keduanya menyeberangi sungai, lalu melompat dari hidung Kerbau untuk menyelesaikan lomba. Jika menjadi pintar berarti mengetahui bagaimana memanfaatkan teman-temanmu, dia bertanya-tanya mengapa hal itu begitu penting.

Saat pelajaran seni di sekolah, para murid menggunakan cat air untuk melukis sebuah adegan dari dongeng favorit. Sebagian besar memilih cerita komik kung fu. Santo berbeda. Dia menggambar gentong air besar tempat seorang anak laki-laki kecil tenggelam. Anak-anak lain menjerit panik dan berlari ketakutan. Namun, seorang anak memukul gentong dengan batu. Akibatnya gentong pecah dan air mengalir keluar gentong.

"Dia Sima Guang," Santo menjelaskan kepada teman-teman sekelasnya. "Cerita ini memberi tahu kita bahwa penting untuk selalu tetap tenang dan menggunakan akalmu." Begitulah kata-kata yang sama yang dikatakan nainainya ketika pertama kali menyampaikan kisah itu.

"Bodoh," kata Chandra. Mengambil kuas cat airnya sendiri, anak itu yang lebih besar dari Santo itu mencoret X yang berantakan dari warna-warna yang berkolusi di bagian atas lukisan Santo.

Wajah Santo rasanya terbakar oleh emosi, dan rahangnya yang terkatup kencang hingga terasa sakit. Penglihatannya meredup saat matanya berair.

Tidak ada gunanya mengadu ke guru. Bu Joyce paling-paling hanya akan menyuruh Chandra meminta maaf, sementara kerusakan gambar Santo tak bisa lagi diperbaiki. Memulai perkelahian ujung-ujungnya akan merugikannya, karena Santo akan mendapat hukuman yang lebih berat.

Tapi ide ketiga menancapkan cakarnya ke dalam pikiran Santo dan menolak untuk mundur.

Dengan tenang, Santo berdiri dan berjalan ke meja Chandra. Seekor naga yang lebih mirip dari komik Marvel berjongkok di atas kertasnya. Bocah yang lebih tinggi dengan bernafsu mengikis potongan terakhir pigmen merah dari nampan cat airnya, bulu kuas miring ke samping seperti kumis singa yang kelaparan.

Santo mengangkat sikunya dan dengan hati-hati menyenggol gelas plastik berisi air bekas. Aliran cat merah mengalir ke atas naga dengan luka melebar, memercik ke baju dan celana Chandra. Santu memastikan 'uuups'-nya cukup keras untuk didengar semua orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun