Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Standee

8 Januari 2023   22:06 Diperbarui: 9 Januari 2023   06:14 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
twitter.com/kangfoxy

Hal teraneh yang pernah kulihat? Seorang gadis membawa stand figure penyanyi Korea.

Dia memeluknya dengan lengannya kurus, mengangkatnya beberapa sentimeter dari atas tanah, terhuyung-huyung dari satu tiang lampu ke tiang berikutnya, menurunkannya lagi.

Aku berdiri di ambang pintu lobi hotel di Lembang menyaksikan pertunjukan ini mendekat.

Di bawah setiap lampu jalan, gadis itu bersandar pada tubuh tipis itu, mengatur napasnya. Suhu lebih dingin dari pengaturan AC terendah. Uap mengembun setiap hembusan udara dari paru-parunya. Jalan setapak berjejak kaki yang tak terhitung jumlahnya. Pekarangan dan kebun berkabut segar dan sedingin es, mungkin sebentar lagi hujan akan turun menhunjamkan butiran es saking dinginnya.

Standee itu memantulkan cahaya lampu jalan seperti alien, atau dewa dalam seri drakor.

Mungkin gadis itu menganggapnya sebagai dewa. Aku tidak tahu. Aku rasa dia tidak melihatku.

Dia sama sekali tidak melihat sekeliling. Dia benar-benar fokus untuk memindahkan benda mati itu dari satu petak cahaya ke petak berikutnya.

Jangan tanya mengapa aku tidak menolongnya. Aku hanya berdiri dalam kegelapan dan menyaksikan adegan yang sama  berulang-ulang, semakin dekat denganku, dan perlahan menjauh.

Sebuah truk lewat. Dua mobil melintas.

Sudah lewat tengah malam. Atau bisa juga dibilang masih terlalu pagi.

Dia tampaknya terbiasa dengan kegelapan malam, fokus dengan dirinya sendiri. Menjalankan misi.

Dia benar-benar mencurahkan tenaganya demi standee itu. Aku bisa melihat napasnya mengepulkan uap besar. Aku bisa mendengar napasnya mengi, dan dengusan saat dia mengangkatnya, desahan saat dia meletakkannya.

Tubuhnya kurus, jaket kulit hitam, sepatu Doc Martens, celana jeans pensil.

Dia memakai kupluk rajut merah. Aku ingat berpikir itu aneh. Aku bertanya-tanya apakah kupluk itu sebenarnya topi Sinterklas? Mungkin dia mencuri topi itu. Mungkin dia memindahkan standee untuk menyelamatkannya dari kehancuran di tempat pembuangan. Mungkin dia mengambilnya untuk dilihat adik perempuannya penggemar musik pop, sekarat di kamar tidur di suatu tempat di bawah jembatan. Siapa tahu?

Mungkin dia sepertiku. Menjawab tantangan tanpa tujuan hanya untuk merasakan hidup.

Mungkin standee itu adalah satu-satunya temannya.

Bandung, 8 Januari 2023

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun