Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Love is for Suckers

5 Januari 2023   08:03 Diperbarui: 5 Januari 2023   08:07 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menyeret tas kabin di sepanjang selasar, menunggu giliranku.

Antrean yang mengular beringsut maju. Pramugari tersenyum letih saat penumpang menuruni tangga. Saat meninggalkan pesawat, aku menghirup udara Cengkareng yang segar dan lembap. Bagus untuk meregangkan kaki yang lelah setelah penerbangan panjang.

Melewati keamanan dan pengambilan bagasi, alarm sabuk konveyor beraksi.

Lalu aku memperhatikannya. Dia berada di sisi lain ban berjalan, menunggu tasnya dengan sabar.

Mengenakan atasan lengan panjang dengan lingkaran biru tua dan celana baggy yang digulung, memperlihatkan sepatu hitam yang biasa dipakai para remaja. Tas tangannya berat, menggantung di lengan bawahnya. Rambutnya bergelombang, diikat seperti nanas madu.

Koper bagasiku tiba saat dia mengambil miliknya. Aku mengikutinya melewati imigrasi dan bea cukai, menembus cahaya terang benderang yang menyambut di aula Kedatangan.

Seseorang telah menunggunya. Dari cara dia berlari ke arahnya, kurasa dia adalah kekasihnya.

Lelaki itu mengenakan jins biru luntur. Rambutnya  cokelat yang seperti bulu tikus, disisir rapi ke satu sisi. Lelaki pesolek.

Dia memeluk pria itu dengan mesra. Dia memegang lengannya saat si pria mendekat ke wajahnya.

Gadis itu melirik ke arahku, melihatku menatap saat aku berhenti sejenak. Aku merasa cemburu sekilas melihat kedekatan mereka dan memalingkan muka.

Bibirnya merah menyala, lekat pada aura kewanitaannya bagai cakar elang mencengkeram mangsa. Dia mencium di wajah pria itu yang tampak keras kepala, mengelak dan menyeka lipstik dari pipi.

Si gadis tertawa kecil yang ditanggapi dengan senyum lebar.

Dia menciumnya lagi, tapi kali ini dia melirik ke arahku saat dia menempelkan bibirnya di pipi di pria. Menahan ciuman itu dengan masih melirik ke arahku, seolah menyombongkan tentang hadiah yang didapatnya. Lalu kembali meletakkan tangannya di lengan bawah si pria.

Apakah dia memang menatapku?

Dia memakai jaket kulit dengan hati merah dan tulisan 'Love is for Suckers' yang ditulis dengan huruf kursif warna perak di punggungnya. Seperti muncul dari tahun 80-an dengan penampilan tomboi.

Mereka berjalan bergandengan tangan menuju kehidupan yang menanti.

Menyedihkan.

Aku kembali ke kerumunan tanpa nama untuk tidak pernah melihatnya lagi.

Bandung, 5 Januari 2023

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun