Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Skandal Sang Naga (Bab 1)

28 Desember 2022   21:39 Diperbarui: 28 Desember 2022   23:19 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau bakal tahu", dia meyakinkanku.

Aku menatapnya. Dia memiliki wajah yang cerdas, dengan hidung yang mancung bengkok dan panjang. Mata cokelatnya memiliki toleransi yang baik karena telah melihat segalanya dan tidak percaya setengahnya. Aku memiliki perasaan bahwa aku cocok dengan rekan baruku ini.

Joko Seng menginterupsi dengan suara serak, "Ini foto wanita yang akan kamu amati, Han." Dia mengambil selembar potret dari printer mininya dan menyerahkannya kepadaku.

Foto seorang wanita berusia awal tiga puluhan. Rambut sebahu dengan mata bundar gelap, hidung yang proporsional, dan bibir yang penuh murah senyum. Aku bisa saja mendapatkan misi yang lebih kurang menyenangkan daripada membuntuti kaki yang ramping seperti yang ada di bawah rok ketat selutut.

"Namanya Ranya Vachel," kata Joko Seng. "Pemilik galeri seni di Daerah Kemang. Dia bertunangan dengan seorang pialang saham, seorang pria bernama Yudhi Salim."

Aku melirik dari foto itu untuk menangkap tatapan satir Prima Dasa. "Yudhi Salim pria yang beruntung, eh, Han?'


Na memotong tiba-tiba. "Dia terbang ke Shanghai lusa. Aku sudah mengatur agar kalian berangkat dengan pesawat yang sama". Dia melihat ke arahku. "Kamu bawa paspormu?"

Aku menunjukkan paspor. Joko membacanya sekilas dan memasukkannya ke dalam laci.

"Akan dikembalikan kepadamu sebelum berangkat."

Sudah saatnya aku mengajukan pertanyaan utama. "Bos, boleh aku tahu mengapa dia harus diawasi, Bos?"

Joko mengambil sebatang rokok dari kotak perak dan mendorong kotak itu ke depanku. "Satu setengah bukan yan lalu, seorang agen dari departemen ini bernama Banyu Putih terbunuh. Dia ditabrak oleh mobil yang disetir oleh Ranya Vachel."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun