"Aku ingin tahu, apakah ada perempuan yang datang ke sini Jumat malam?"
"Perempuan?"
Tubuh gemuk Mak Ema bergetar karena tawa tanpa suara. "Di sini jarang datang perempuan, sayang. Setidaknya, bukan apa yang kamu sebut seorang perempuan. Sebentar ... Jumat, katamu?"
Dia menggaruk dagunya sambil berpikir. "Sekarang aku ingat. Memang ada seorang perempuan datang ke sini. Barang yang sangat berkelas dia. Sangat bagus, tetapi kelasnya tingkat tinggi."
"Apakah dia bertemu seseorang?"
'Ya, sekarang kamu menyebutkannya, memang dia bertemu seseorang. Seorang cowok, salah satu pelanggan tetap kami."
"Salah satu pelanggan tetapmu?" aku bertanya kaget.
"Betul, sayang. Dia sering mampir untuk minum kopi dan makan mi. Agak aneh juga dia belum muncul sore ini."
Jantugku tiba-tiba berdebar kencang karena gembira. "Apakah dia tinggal di sekitar sini?"
"Entah di mana dia tinggal, sayang," jawab Mak Ema. "Jangan pernah bertanya tentang pelanggan, itu motoku."