Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Legenda Sang Perusak (Bab 36)

13 Oktober 2022   13:01 Diperbarui: 13 Oktober 2022   17:03 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Di rumah Johan Takur, pengurus perusahaan pialang properti Syarikat Takur Hartanah, percakapan yang tidak biasa baru saja terjadi. Seseorang dari kota yang jauh telah menelepon beberapa menit sebelum menanyakan tentang rumah duka Dermawan, dan Johan memberi tahu bahwa rumah itu sudah terjual minggu lalu.

"Apa maksudmu, Bang?" tanya istrinya.

"Seorang pendeta dari Siborongborong, dia ingin tahu apakah rumah duka itu masih dijual."

"Aku dengar itu. Tapi mengapa Abang bilang bahwa itu sudah terjual? Aku tahu betul bahwa itu masih belum laku juga."

"Aku tahu, aku tahu. Tapi itu bukan tempat yang ingin dikunjungi oleh orang gereja, kalau kamu mengerti maksudku. Aku sendiri memiliki terlalu banyak pengalaman aneh di tempat itu hanya dengan mencoba menjualnya. Tidak ada yang tahu apa yang orang lain alami di sana."

"Apa maksudmu hal-hal seram? Kamu tidak pernah memberitahuku apa pun tentang tempat tua itu. Tidak mungkin sampai seteruk sangat, bukan?"

"Sangatlah teruk, Kenang. Aku tak berpikir kamu dapat menahan diri jika mendengar semua itu. Kamu sudah cukup kesulitan untuk tidur pada malam biasa, apalagi setelah menonton film horor. Aku piker tidak akan adil bagiku untuk menceritakan apapun jua, apapun, ketika di luar sudah gelap."

"Oh, jangan perlakukan aku seperti anak kecil, Johan. Aku ingin mendengar apa yang terjadi padamu di tempat itu."

Johan tahu bahwa dia seharusnya tidak mengatakan apa-apa lagi padanya. Istrinya adalah salah satu tukang gosip terbesar di seluruh Taluk Kuantan. Jika dia memberitahunya sedikit saja, rumah duka itu takkan pernah laku. Dia masih mungkin mendapat komisi besar untuk penjualan tempat itu, dan dia tidak akan membiarkan istrinya mengacaukannya. Sudah cukup banyak omong kosong untuk menjual tempat itu empat puluh kali. Dia mungkin akan segera menyingkirkannya jika dia tidak terlalu selektif dan sedikit lebih sabar. Sebuah dentingan penyesalan terdengar keras di dadanya untuk sesaat, tapi kemudian berlalu. Dia tahu dia telah melakukan hal yang benar dalam hal itu.

Tapi omelan Kenang menjadi terlalu mengganggu pada waktunya, dan dia akhirnya harus memberitahunya beberapa hal hanya untuk membuat istrinya diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun