Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Penyihir Kota Kembang: III Kisah Sang Ratu (Part 4)

7 Oktober 2022   09:30 Diperbarui: 7 Oktober 2022   10:01 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"'Apa itu tadi?' Kaniya menuntut. 'Katakan padaku, Penyihir!' Ujung tombaknya mengarah ke dada penyihir itu."

"Tombak itu bukan sembarangan tombak. Dibuat dari batu bintang dan didinginkan dengan darah musuh Tarumanegara dan Galuh. Tombak yang dengan mudah membelah tubuh musuh seperti daun pisang dibelah pisau. Tapi si penyihir hanya tersenyum. 'Kamu sudah melihatnya, bukan?' katanya."

"'Kamu bohong!' bentak Kaniya sambil mengertakkan gigi."

"'Untuk apa aku berbohong? Tidak punya alasan untuk itu,' kata penyihir itu. "Aku di sini hanya untuk kalungku."

"'Kalung itu telah ada di penjaga istana selama lebih dari seratus tahun,' Kaniya berkata, 'bagaimana itu bisa menjadi milikmu?'"

"Penyihir itu menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya. 'Aku sangat ceroboh saat itu,' katanya penuh penyesalan. "Aku sedang punya masalah."

"Kucing itu mengeong mencari perhatian pemiliknya, dan mata penyihir itu membelalak."

"'Di belakangmu!' dia berseru."

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun