Di jalan, orang-orang yang memakai sandal berteriak bahwa tidak ada yang pernah mendengarkan mereka. Mereka membayangkan bentuk geometri sederhana dan melukisnya di berbagai permukaan.
Orang-orang yang memakai topeng tokoh-tokoh sejarah bersandar di kusen pintu besi dan berteriak, 'Tentu saja tidak ada yang pernah mendengarkan kalian! Itu karena apa yang kalian katakan sangat bodoh sehingga dapat direduksi menjadi bentuk yang sederhana!'
Setiap kali orang-orang yang memakai sandal meneriakkan slogan, orang-orang yang memakai topeng tokoh-tokoh sejarah dengan sinis mengoreksi tata bahasanya. Ini hanya membuat orang-orang yang memakai sandal berteriak lebih keras.
Kadang-kadang, orang-orang yang membawa simbol agama yang mencolok, orang-orang yang mengenakan kaos seragam tim olahraga lokal mereka, orang-orang yang tidak mengenakan celana dalam secara sembunyi-sembunyi, orang-orang yang mengenakan topi dengan sudut yang lucu, orang-orang yang mengenakan sepatu olahraga yang sangat baru dan sangat putih, orang-orang yang mengenakan kaos yang meremehkan kekerasan seksual, orang-orang yang mengenakan pakaian tradisional tanah air mereka, orang-orang yang mengenakan piyama sutra hijau terang dan bahkan orang-orang yang mengenakan pakaian warisan bibi dan paman mereka yang sudah meninggal ikut berteriak.
Satu-satunya yang tidak pernah terlibat adalah orang-orang yang mengenakan jas mahal dan gaun dari butik eropa dengan jenama dua atau tiga huruf, tinggal di griya tawang pencakar langit, melakukan tos tanpa bunyi dan minum obat kuat warna-warni membangkitkan nafsu gairah birahi.
Bandung, 28 Agustus 2022