Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anugerah

25 Agustus 2022   16:05 Diperbarui: 25 Agustus 2022   16:15 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dimulai dengan pertempuran kecil dalam konflik antara alam semesta kecil. Perang dunia dalam skala kosmik.

Alam semesta yang jauh lebih tua dari yang kita tempati dengan kecepatan apa pun. Seorang penjaga nol mutlak terluka saat mencoba menghindari regu pemburu-pembunuh di orbit tinggi di atas daerah terpencil yang mungil.

Penjaga kalah jumlah dan tak berdaya. Mencoba untuk memilih dimensi tempat hukum fisika mendukungnya, ia ditembak melalui gelembung lapis lima belas. Lobus frontal tersier penjaga kehilangan piranti nano psiko-reaktif sebelum sempat kabur menyelamatkan diri.

Maka sebuah bola bintang melesat melintasi langit malam dan jatuh ke Bumi. Mengikuti suar api, penduduk asli yang penasaran menemukan artefak itu dan mengumpulkan keberanian untuk mengambilnya, menyimpannya sendiri dan mencoba memahami artinya.

Para tetua suku menganggap tidak bijaksana menyimpan hal seperti itu. Para anggota suku lain khawatir benda tersebut tidak akan membawa manfaat apa-apa selain nasib buruk. Namun seorang pejuang yang keras kepala karena masih muda dan congkak, menolak untuk mendaki gunung dan mempersembahkannya kembali kepada para dewa.

Dewa-dewa pasti memiliki banyak barang seperti itu dan tidak akan mempedulikan satu yang mereka campakkan begitu saja.

Setelah berjam-jam berdebat kusir tanpa putusan akhir, para tetua mengusirnya agar dia tidak merusak mereka semua. Harga dirinya menjadi kebencian terhadap orang tua yang lemah.

Berbulan-bulan berlalu setelah itu, dan bertahun-tahun berlalu setelah itu. Jenggotnya tumbuh panjang dan pemahamannya tentang artefak bola tumbuh dengan firasat yang mantap. Dia tidak binasa karena kekurangan makanan atau penyakit atau berat badan selama puluhan tahun. Bola bintang itu menyukainya dan melindunginya. Itu yang dia tahu.

Dia menjadi legenda untuk menakut-nakuti anak-anak kecil agar mereka beranjak ke tempat tidur dan menjadi amar peringatan untuk tidak menyimpang terlalu jauh melewati baris pohon batas rimba.

Pada malam hari, bola itu melayang di atasnya untuk membuatnya tetap aman dan hangat. Dia meraihnya dengan jari-jarinya tetapi hanya benar-benar menyentuhnya jika dia menyodorkan dirinya melalui mata batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun