***
Sarkowi memeriksa jam tangannya. Pukul 3:00 pagi.
Sempurna, pikirnya.
Baik burung malam dan burung pagi sedang tidur nyenyak. Sarkowi menghirup aroma kebebasan dalam-dalam dan kemudian menertawakan dirinya sendiri dengan pilihan kata-katanya sebelumnya.
Dia membenci burung. Sebutan burung dalam sangkar hanya membuatnya semakin marah. Begitulah cara mereka menyebutnya di penjara. Dia yakin  sipir pasti melatih semua penjaga bagaimana mengucapkan kata itu dengan efek sedemikian rupa sehingga nadanya serupa dengan paku digoreskan ke bodi mobil. Itu membuat kulitnya merinding setiap kali mereka menyanyikan ketiga kata yang diucapkan dengan sempurna.
Sarkowi tahu bahwa Neneng Sari Bulan adalah orang yang melaporkan perampokan wanita tua itu. Wanita tua terkutuk itu berteriak sangat keras sehingga mengejutkannya dan membuatnya panik. Dia tidak punya pilihan selain dengan cepat membungkamnya dengan pukulan cepat ke wajah dengan kandil lilin di dekatnya. Kemudian dia pergi dan berlari seperti banci keluar dari pintu depan dan menuju ke samping rumahnya. Lampu sorot bodoh Neneng menyorot tepat ke wajahnya, memberinya kesempatan untuk melihat ekspresinya yang terkejut. Dia lari ke jalan dan tersandung tali yang tergeletak sembarangan, jatuh langsung ke barisan mobil yang lewat.
Dia tahu Neneng adalah orang yang mengidentifikasinya di kantor polisi. Tapi sekarang, sekarang dia harus membalasnya.
Sarkowi bangun dari jongkoknya dengan tenang dari balik semak-semak. Saat dia mendekati bagian belakang rumahnya, dia tersenyum sendiri mengingat berita utama pagi ini: " Pencuri Lembah Sunyi Bebas!"
Dia terkenal! Ingin dia melemparkan surat kabar itu ke wajah para penjaga penjara.
Sarkowi mengutuk dirinya sendiri sekarang saat dia tersandung kayu yang melintang dan menabrak tong sampah Neneng. Saat dia dengan mendapatkan kembali keseimbangannya dan bergegas berdiri, rumah kecil berlantai satu itu bermandikan cahaya. Sarkowi tidak bisa mempercayai kemalangannya kembali terulang.
Dia sempat berpikir sebelumnya untuk mematikan lampu sorot di situ ketika Neneng membawa si tua Nyonya Barkah ke kota sore kemarin, tetapi sekarang dia sbagai menyalakan setengah dari lampu Kota Bandung, membuat gelombang cahaya kuning keluar dari rumah ke rumput hijau yang sarat embun.