Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Burung Pagi

22 Agustus 2022   12:07 Diperbarui: 22 Agustus 2022   12:08 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Ray Hennessy on Unsplash 

***

Sarkowi memeriksa jam tangannya. Pukul 3:00 pagi.

Sempurna, pikirnya.

Baik burung malam dan burung pagi sedang tidur nyenyak. Sarkowi menghirup aroma kebebasan dalam-dalam dan kemudian menertawakan dirinya sendiri dengan pilihan kata-katanya sebelumnya.

Dia membenci burung. Sebutan burung dalam sangkar hanya membuatnya semakin marah. Begitulah cara mereka menyebutnya di penjara. Dia yakin  sipir pasti melatih semua penjaga bagaimana mengucapkan kata itu dengan efek sedemikian rupa sehingga nadanya serupa dengan paku digoreskan ke bodi mobil. Itu membuat kulitnya merinding setiap kali mereka menyanyikan ketiga kata yang diucapkan dengan sempurna.

Sarkowi tahu bahwa Neneng Sari Bulan adalah orang yang melaporkan perampokan wanita tua itu. Wanita tua terkutuk itu berteriak sangat keras sehingga mengejutkannya dan membuatnya panik. Dia tidak punya pilihan selain dengan cepat membungkamnya dengan pukulan cepat ke wajah dengan kandil lilin di dekatnya. Kemudian dia pergi dan berlari seperti banci keluar dari pintu depan dan menuju ke samping rumahnya. Lampu sorot bodoh Neneng menyorot tepat ke wajahnya, memberinya kesempatan untuk melihat ekspresinya yang terkejut. Dia lari ke jalan dan tersandung tali yang tergeletak sembarangan, jatuh langsung ke barisan mobil yang lewat.

Dia tahu Neneng adalah orang yang mengidentifikasinya di kantor polisi. Tapi sekarang, sekarang dia harus membalasnya.

Sarkowi bangun dari jongkoknya dengan tenang dari balik semak-semak. Saat dia mendekati bagian belakang rumahnya, dia tersenyum sendiri mengingat berita utama pagi ini: " Pencuri Lembah Sunyi Bebas!"

Dia terkenal! Ingin dia melemparkan surat kabar itu ke wajah para penjaga penjara.

Sarkowi mengutuk dirinya sendiri sekarang saat dia tersandung kayu yang melintang dan menabrak tong sampah Neneng. Saat dia dengan mendapatkan kembali keseimbangannya dan bergegas berdiri, rumah kecil berlantai satu itu bermandikan cahaya. Sarkowi tidak bisa mempercayai kemalangannya kembali terulang.

Dia sempat berpikir sebelumnya untuk mematikan lampu sorot di situ ketika Neneng membawa si tua Nyonya Barkah ke kota sore kemarin, tetapi sekarang dia sbagai menyalakan setengah dari lampu Kota Bandung, membuat gelombang cahaya kuning keluar dari rumah ke rumput hijau yang sarat embun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun