Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kersen

9 Agustus 2022   11:42 Diperbarui: 9 Agustus 2022   11:53 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim kemarau yang tidak menyenangkan. Ravi patah pergelangan kakinya saat melompat dari panggung. Mereka mengubur si tua Chinox. Segala kejadian itu membuat hati Ravi hancur.

Untuk melepaskan diri dari suasana hati Ravi yang buruk, Diana menghabiskan waktu di taman, memandangi atap.

Suatu malam di bulan Agustus mereka mengadakan pesta kebun. Dengan sosis panggang, burger, dan sayuran untuk vegetarian. Band Ravi memainkan akustik di pekebun Diana. Semua orang menyukai lampu warna-warni di taman.

Ketika Diana tidur, dia memimpikan atap emas. Dalam mimpi itu Ravi memanggil namanya.

"Diana, bangun. Kebakaran!"

Api menghitamkan dinding, menghanguskan loteng, melumerkan teras belakang. Angin sepoi-sepoi membawa percikan api dari panggangan dan meletakkannya tepat di atap rumah.

Diana, Ravi, Jasmine, dan peralatan band pindah ke sebuah apartemen sewaan yang tak seberapa jauh. Kontraktor mengatakan mereka akan mendapatkan dapur baru, dan atap baru.

Enam bulan kemudian rumah itupun jadilah. Atapnya, dari baja timah perak, berkilau di bawah sinar matahari. Diana telah memilih warna merah marun semerah darah kental untuk dinding papan, dikelilingi tanaman mint dan thyme sebagai hiasan.

Musim hujan berikutnya Diana berjalan tanpa alas kaki di lantai marmernya, mengenakan gaun tidur panjang.

Ravi lebih sibuk dari sebelumnya. CD-nya keluar dan dia melakukan tur, bepergian dari kota ke kota, pulau ke pulau. Diana membuat alasan untuk tidak ikut. Dia pikir dia menghalanginya, seperti peralatan yang diletakkan di tempat yang salah.

Ketika Musim kemarau datang, Ravi menulis lagu, berlatih tanpa henti. Pohon-pohon berdaun. Semak belukar mengharum di taman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun