Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nyamuk Sengsara

30 Maret 2022   17:17 Diperbarui: 30 Maret 2022   18:20 676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita menyimpan kunang-kunang dalam stoples yang dilapisi aluminium foil. Kita berjanji untuk melepaskan mereka pada menjelan tengah malam, tetapi tidak pernah melakukannya.

Menurut mitos, kunang-kunang tidak bisa hidup di siang hari. Itulah yang Ayah katakan kepada kita. Kita diyakinkan saat matahari tebit mereka akan mati. Kita hanya perlu membuktikannya. Itu sebabnya kita membawa toples ke dalam kamar dan meletakkannya di bawah kolong tempat tidur sampai pagi. Saat terbangun, yang pertama kali kamu lakukan adalah melongok ke kolong tempat tidur. Kunang-kunang  selalu sudah mati. Layu.

Suatu ketika, kunang-kunang besar masih bergerak. Kamu melihatnya berkedip sekali, lalu memudar seperti bintang jatuh.

Kamu menunggu sampai minggu depan untuk memberi tahuku yang kamu lihat. Mengapa kamu merahasiakannya, aku masih tidak tahu. Kamu selalu berusaha melindungiku dari apa pun, bahkan untuk yang tidak mungkin dihindari.

***


Kini, kunang-kunang memenuhi halaman rumahku, hanya aku tahu apa yang lebih baik daripada mengumpulkannya di dalam stoples dengan tutup berlubang. Dalam kondisi ini, hewan ini tetap tidak akan bertahan. Mereka belum berevolusi atau mengembangkan kekebalan terhadap perilaku. Seperti anak kecil.

Di umurku sekarang, ibu sudah punya kamu dan aku, dan sedang menantikan adik kita. Aku tidak ingin memiliki keluarha dengan kecepatan seperti itu. Tidak sekarang, setelah menyesuaikan diri dengan kematian dengan sangat baik.

Doni membawa pulang seekor kucing minggu lalu---berusia lima tahun. Pemiliknya tewas di jalan tol. Tabrakan beruntuk sekitar dua bulan yang lalu?

Ibu seharusnya menelepon untuk memastikan kita tidak termasuk di antara yang terluka atau mati, tapi kurasa akhir-akhir ini ibu bukanlah dirinya sendiri. Nama kucing itu Vienna, tapi Doni dan aku mengubahnya menjadi Depok, bukan karena kami tinggal di sana atau lama hidup. di sana, tetapi karena kami mendengarnya sepanjang tahun.

Doni mengajari Depok untuk mengejar kunang-kunang, untuk menangkap mereka dengan mulutnya. Dia hanya mengeong pada mereka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun