Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rara Pergi Berlibur

26 Maret 2022   11:11 Diperbarui: 26 Maret 2022   11:15 709
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Daya tarik wisata terbesar Pluto adalah sirkuit balap perjalanan waktu. Dengan fisika retrorekonstruksi temporal pascakuantum, membawa pengguna wahana ke periode tertentu sejarah Bumi, termasuk perang Bubat, pernikahan Ken Arok dan Ken Dedes, Banjir Besar Nabi Nuh, dan pertemuan Nabi Adam dan Hawa di Padang Arafah.

Perjalanan waktu itu nyata, meski interferensi bisa memiliki dampak bencana di masa depan. Kematian adalah hukuman bagi pengunjung yang meninggalkan jalur.

Setengah lintasan, Rara menjatuhkan sesuatu, kartu remi dari lengan kimononya. Bapak Rara terpeleset ketika mencoba menangkapnya, kakinya menyentuh tanah.

"TIDAAAK! Hati-hati, Erick!" ibu Rara menjerit.

Satpam melihatnya. Seekor kupu-kupu mati menempel di sepatu Erick.

"Ikut denganku," kata satpam pelan.


***

Mereka duduk di belakang mobil patroli satpam. Erick duduk dengan tangan diborgol di samping istri dan putrinya, Rara.

Satpam Pluto setuju untuk ekstradisi Erick ke Bumi untuk dihukum menurut KUHP, tetapi ketika mereka tiba di Ibu Kota Nusantara, semuanya telah berubah. Ke mana pun mereka melihat, wajah "Panglima Tertinggi Sunda Empire" menatap tajam ke arah mereka. Tidak ada yang tersenyum. Orang-orang memakai bros bintang kuning di baju mereka.

Polisi menatap Erick.

"Tidak," Erick memohon, "tidak mungkin... hanya satu kupu-kupu!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun