"Prinsip kesetimbangan."
Denna menggaruk kepalanya yang tak gatal menolak mengakui bahwa ia tak tahu apa yang dimaksud dengan 'kesetimbangan'. Ia diam-diam keluar dari pintu dapur tanpa berkata sepatah katapun.
Cakra tumbuh menjadi anak yang kecil kurus, dan ia selalu diganggu oleh anak-anak yang lebih besar. Dia tak pintar berolah raga, dan seragamnya sering menjadi kotor oleh lumpur.
"Tentang hari itu di kebun kubis," ucap Denna saat berlutut membantunya memunguti pensil dari genangan becek. Sebelumnya, Denna telah mengusir para penganiaya dengan galaknya.
"Aku tak bermaksud seperti itu. Aku benar-benar menyesal."
Cakra tersenyum malu. Tapi permintaan maaf tidak mengubah apa pun.
Saat umur mereka mencapai dua belas tahun, seluruh kota tahu bahwa Cakra Yudha adalah anak-tak-berguna. Ia gagal di setiap mata pelajaran di sekolah, dan satu-satunya alasan guru terus menaikkannya ke kelas berikutnya adalah karena tak seorang pun ingin tahan menghadapi omelan ibunya. Bahkan kedua orangtuanya berhenti bekerja dan memulai usaha dari rumah agar dapat menemani Cakra dua puluh empat jam setiap hari, tujuh hari seminggu.
Usia lima tahun, Denna naksir Indra Pramana, dan Cakra menyadari beberapa hal yang sebelumnya tak diketahuinya.
Ia berhenti bersekolah.
Dengan menggunakan peralatan bengkel ayahnya, ia mempreteli mesin jahit, jam dinding, mesin cuci, dan barang-barang rongsokan lainnya. Sepanjang tahun setiap malam dari bengkel itu terdengar suara dentang palu, desing mesin bor dan percikan api dari mesin las.
Pada hari ulang tahun keenam belas Denna, ia membawa kado sebuah kotak mainan perpetual yang bergerak selamanya. Indah sempurna: pancuran air mungil dan peri-peri bersayap dari logam yang menari balet yang kemudian diletakkannya di sisi ranjang. Denna menyukainya.