"Apa saya perlu menelepon klinik atau siapa saja yang bisa menolong kamu, sayang?"
"Tidak, aku baik-baik saja, terima kasih. Aku hanya perlu menjauhi pacarku yang pecundang itu."
Aku mencoba tersenyum kecil dan mengangkat bahu seakan-akan memberi isyarat 'Memangnya ngapain lagi aku minum di bar yang jorok di siang hari?'
Mencoba menjadi tak terlupakan itu sulit ketika wajahmu terlihat seperti kuku jempol kaki berdarah di dalam karena terjepit pintu, tapi bahkan aku tidak mengenali wajahku sendiri.
Aku menghabiskan wiski dan mengeluarkan beberapa lembar uang kertas lecek, tapi dia menggelengkan kepalanya.
"Aku yang traktir."
Aku mengucapkan terima kasih, memakai kembali kacamata hitam besarku dan melangkah keluar ke jalan raya.
Samson Parangtumpul menungguku di dalam jeep berkaca jendela gelap di gang belakang bar dengan pakaian ganti. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika Samson tidak merekayasa kecelakaan mobil itu. Aku tidak tahu dari mana dia mendapatkan mayat dan aku tidak ingin tahu.Â
Hanya saja aku pernah membaca, tempat persembunyian terbaik adalah di tempat terang.
Aku bersiap-siap. Sebentar lagi acara pemakamanku akan berlangsung, yang harus kuhadiri.
Bandung, 8 Januari 2022