Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menolak Takdir

23 Desember 2021   20:43 Diperbarui: 23 Desember 2021   20:44 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cahaya redup menyebar mengisi ruangan yang panjang dan sempit. Bayangan tersebar dan terbentuk kembali di dinding ruang rahasia.

Maria melepas sarung tangan kerja kulitnya. Dia berjalan melewati deretan rak kayu yang dibuat dari kayu lapis dan di tanam ke dinding bata. Tempat sampah dari logam anti karat. Stoples kaca berisi mur dan baut. Peti kayu berisi botol anggur impor.

Koran-koran yang dibundel diikat erat dengan benang cokelat dan ditumpuk di bawah dua meja kerja---saklar lampu lain, dan dua lampu neon menyala.

Pada papan pasak terdapat minyak pelumas, jam dan arloji, pita pengukur, pisau berbagai bentuk, alat ukir pembentuk tanah liat dan sikat kawat.

Di meja kerja satu: jarum dan benang, pasta kulit, stoples-stoples perak berlabel KRISTAL PENGAWET dan GARAM.

Meja kerja dua: pinset penjepit bibir dan mata, dudukan, airbrush dengan cat, kuas, kipas pengering listrik, spiritus, terpentin dan minyak biji rami.

Maria memasukkan tangannya ke dalam saku besar terusan hijau lumutnya dan menyeringai. Dia melihat sekeliling rubanah, mengagumi hasil karyanya. Mereka ditakdirkan untuk berada di tempat lain, tentu saja. Dia hanya memberikan jasa, tetapi cintanya ada di setiap jahitan, lipatan, dan kelengkapan mereka. Dia tahu ayahnya melihat ciptaannya dari atas sana, bahagia karena dia memilih untuk melanjutkan usaha keluarga.

Ya, pikir Maria. Ayah akan sangat bangga.

***

Meja diatur untuk pesta yang terdiri dari enam orang---peralatan makan porselen, perak dan kristal warisan keluarga. Garpu di kiri, sendok dan pisau di kanan, masing-masing dua jari dari tepi meja.

Diana mengukur dan membuat penyesuaian yang diperlukan, puas dengan presisinya. Dia menggenggam tangannya yang bersarung tangan putih absolut dan mulai mendudukkan para tamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun