Wah, dialog itu terbawa ke rumah setelah membajak beberapa puluh hektar. "Tapi bukan itu pertanyaannya. Mengapa kita di sini, itu pertanyaannya."
Aku tidak pernah bertanya-tanya tentang hal semacam itu sebelumnya, tetapi sekarang itu menggangguku.
"Kita punya waktu untuk menjadi tua. Udara penuh dengan isak kita. Tapi kebiasaan adalah obat yang mujarab."
Berpikir tentang kebiasaanku, kemudian berpikir tentang si gadis seni drama, dan bertanya-tanya apakah dia memiliki kebiasaan. Dan kemudian ada satu baris dialog lagi yang kuingat. "Jangan buang waktu kita dalam wacana kosong! Mari kita lakukan sesuatu, selagi kita punya kesempatan! Tidak setiap hari kita dibutuhkan."
Jadi ketika liburan berakhir, aku kembali ke kampus dan mengajak si gadis seni drama berkencan lagi. Kali ini aku mengajaknya kemping ke pantai untuk membakar ikan dengan api unggun, dan menonton pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Kami duduk di pasir dan berbicara tentang banyak hal. Hal-hal yang kuketahui dan hal-hal yang dia ketahui, dan ketika aku menatap matanya yang cokelat bening, aku melihat alam semesta yang tidak pernah kupikirkan sebelumnya.
Mungkin dia juga melihat hal yang sama di mataku, karena beberapa bulan kemudian, ketika aku memintanya untuk menikah denganku, dia menjawab ya.
Kami telah menikah dua puluh lima tahun dan dia bilang dia bahagia hanya menjadi istri petani. Namun aku dengan bangga menyampaikan padamu bahwa kota kecil kami memiliki satu kelompok teater komunitas yang hebat, berkat gadis seni dramaku.Â
Setiap lima tahun dia membuat mereka menampilkan "Menunggu Godot" hanya untukku.
Bandung, 12 September 2021