Ibu muncul entah dari mana dengan kamera Polaroid di tangan.
 Setelah berkali-kali berfoto dalam berbagai pose di berbagai sudut rumah dan dengan berbagai anggota keluarga termasuk hewan peliharaan, akhirnya bebas untuk menjemput Ratna.
"Jangan lupa korsasenya!" kata ibu.
(Spoil alert: Korsase adalah hiasan yang berbentuk bunga yang bisa terbuat dari bunga segar atau bahan sintetis lain seperti kain, plastik dan kertas. Di Amerika, korsase umumnya dikenakan cewek di pergelangan tangan saat menghadiri pesta prom. Pelengkap gaun Ratna).
Korsase menjadi tanggung jawabku yang telah berjanji untuk mendapatkannya untuk dia. Aku mengupah tetangga yang penjahit untuk membuatkan korsase mawar merah muda yang indah yang cocok dengan gaun Ratna.
"Tentu saja. Aku sudah mengambilnya dari kak Fani tadi pagi. Aku sudah boleh pergi atau masih perlu dipotret lagi?"
Ibu menyenggolku dengan sebelum memelukku dan mengucapkan selamat malam. Bagaimana dia bisa berpikir aku akan melupakan korsase? Aku tidak bisa tidur semalaman memikirkan setiap detail untuk memastikan malam ini semuanya berjalan mulus.
Semuanya akan sempurna.
Aku menyetir Chevrolet pickup 1972 punya ayah. Percayalah, kalau saja ada penyewaan limo, akan kuhabiskan tabunganku untuk itu.
AKu tiba di rumah Ratna, dan kembali lampu kilat dari kamera menyambar-nyambar. Aku gugup. Meski sudah mengenal ibu dan ayahnya, tapi rasanya seperti baru pertama kali bertemu dengan mereka. Ada semacam ketegangan di udara, seolah-olah aku datang untuk melamar putri mereka.
Ayahnya menyalamiku dengan genggaman sekeras besi dan guncangan setara 9,1 SR, membuat tanganku kesemutan selama lima belas menit.