Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lampu Rumah Tua

10 Juni 2021   21:10 Diperbarui: 10 Juni 2021   21:14 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Model baru ini akan segera ditempatkan di dermaga pelabuhan yang bersambung dengan jalan raya yang berkelok-kelok, danau kaca patri, dan perbukitan gipsum. Dan lampu sorot segera akan menyala seolah-olah semua manusia di dunia ada di kerajaan bajak laut Gibran.

Namun, untuk dia tak bisa menahan diri untuk tidak berjalan kembali ke jendela dan melihat pola kuning dan hitam yang tak kunjung padam. Matanya yang merah kurang tidur semakin memerah dan berubah menjadi sorotan rasa kesal yang semakin dalam.

Demi Poseidon! mengutuk dalam hati. Dia berpisah dengan kuil sucinya dan tertatih-tatih menuju bukit, berencana untuk mengajar anak-anak nakal yang bodoh itu dengan tongkatnya. Dia yakin semua anak nakal bodoh.

Seperti Maya, Gibran berjuang untuk mencapai puncak, dan begitu sampai di sana dia menemukan hal yang sama di ambang pintu. Di mata Gibran, terlihat seperti seseorang telah mencabik-cabik kayu dan paku dari pintu dengan tangan kosong, tapi dia tak terpengaruh.

Bocah-bocah nakal itu, pikirnya lagi, membersihkan jalan dengan tongkatnya. Tanpa ragu, dia melangkah masuk.

***

Firni di Jalan Kawi No. 38 bingung ketika dia menyadari cahaya kuning yang masuk melalui jendela bukanlah dari mobil teman kencannya. Tidak. Cahaya itu berasal dari rumah jelek di atas bukit. Mungkin mengalami kerusakan kabel listrik, dan semakin lama Firni duduk di sana menunggu sambil mengikir kuku, semakin dia bertanya-tanya mengapa tidak ada yang pergi ke sana dan melakukan sesuatu tentang hal itu, sebelum besok bangunan bobrok itu dirubuhkan untuk selamanya.

Sesekali dia melihat sekilas ke jendela hanya untuk memastikan bahwa bukan yang ditunggunya kali ini, dan kemudian sambil merokok, dia melanjutkan pekerjaannya menaburkan debu kuning di atas meja yang sudah dikotori dengan puntung dan abu rokok. Penampilannya harus sempurna, sampai ke ujung kuku.

Rafi Kemas adalah 'belahan jiwa'-nya, dan Firni tahu pasti tentang itu. Secara harfiah, semua orang yang pernah dia kencani adalah 'belahan jiwa', meski dia akan menyangkalnya jika ada yang mengatakan demikian, karena jumlahnya cukup banyak. Nona Firni Voermann yang muda dan menarik memiliki minat bercinta lebih daripada tingkat IQ yang dia punya. Jadi sebenarnya, belahan jiwa-nya dalah keping-keping berserakan tak terhingga.

Rafi Kemas adalah belahan jiwa untuk hari ini, Aditya Brahmono akan menjadi belahan jiwa besok, dan mungkin Jack Spandau akan menjadi belahan jiwa minggu depan. Dia adalah seorang gadis dengan dorongan sederhana dan tujuan sederhana, menandai setiap batang dengan lipstik merah mencolok dan parfum yang memabukkan, meninggalkan kenangan pada setiap ranjang yang jadi persinggahannya.

Jika ditanya mengapa dia mempunyai begitu banyak kekasih, Firni akan menjawab bahwa hanya itu yang dia punya. Putus sekolah karena kemampuan otaknya menerima pelajaran seperti daun keladi ditetesi air. Orang tuanya yang kaya telah mencoretnya dari daftar wasiat. Dia bekerja dengan pekerjaan biasa-biasa saja dan tinggal di rumah biasa-biasa saja, dan jika bukan karena banyak lelaki yang membujuknya dengan benda-benda, Firni Voermann akan berada di pojok dengan es krim dan cokelat, menangis sambil menjilati lukanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun